Langsung ke konten utama

Satwa Langka Tapir Ditemukan Di Kotapinang

Seekor tapir diperkirakan berbobot 150 kg dengan tinggi satu meter dan panjang 2 meter ditemukan berkeliaran di lokasi pekuburun cina, Kampung Kristen Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumut, Senin (18/12).
Hewan tapir itu sempat menjadi tontontan warga Kotapinang. Mereka bertanya-tanya kenapa ada hewan langka tapir berkeliaran di kampung warga padahal jauh dari hutan? Ada apa ini? Apakah hutan habitatnya sedang rusak parah sehingga hewan langka pun masuk ke pemukiman manusia?

Hewan langka ini pertama kali ditemukan oleh Frengki Samosir, warga setempat. Frengki kemudian memberitahukan hal itu kepada warga sekitar, lalu warga kampung kristen menangkap dan mengikat hewan tersebut.

Awalnya Frengki mengira hewan tersebut adalah babi hutan. Setelah dilihat secara seksama, ternyata hewan tersebut memiliki dua warna yakni separuh badannya hingga kepala berwarna hitam dan dari perut ke ekornya berwarna putih. "Saya sangat  terkejut dengan adanya Tapir berada di perkampungan kami ini," katanya.

Dengan ditemukannya hewan tersebut, warga sempat heboh. Warga lalu melaporkannya ke dinas  BPBD, dinas kehutanan, dan dinas peternakan. Atas informasi tersebut, dinas kehutanan turun ke lapangan mengecek hewan langka tersebut. Ternyata tapir itu mengalami luka di badannya, sehingga ia harus diobati.

Tapir tersebut lalu dibawa ke pusat kesehatan hewan di Desa Pekan Topan Kecamatan Kampung Rakyat, untuk diobati.

WWF-Indonesia melansir satwa ini terkenal soliter dan sensitif terhadap keberadaan manusia. Tapir (Tapirus Indicus) tinggal di hutan dataran rendah, salah satunya hutan di Taman Nasional Tesso Nilo & Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatera. Hanya tersisa empat jenis tapir di dunia, semuanya dalam status Terancam Pundah di Daftar Merah IUCN. (Dedy Hutajulu)  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, g...

Larut dalam Puisi

Tiada alasan untuk bodoh. Slogan "orang miskin dilarang sekolah" sudah saatnya dihela. Akses terhadap ilmu terbuka lebar. Siapa pun--khususnya orang kota, bisa cerdas dengan aneka bacaan. Banyak bacaan tersedia di toko buku. Hanya perlu kemauan untuk menyambanginya. KAlau terlalu sibuk dengan tugas kuliah atau pekerjaan, luangkanlah saat-saat akhir pekan. Seperti kebiasaanku dan adikku Ervan. Ervan menyempatkan melumat isi buku dengan matanya Satu-satunya cara yang kami gunakan untuk mengisi perayaan dirgahayu ke-68 RI adalah bersembunyi di balik-balik buku di Toko Buku Gramedia, jalan Gajah Mada, Medan. Setelah menerobos banyak kemacetan dari Pancing ke Gramed, akhirnya kami puaskan membaca sampai toko ini tutup.  bagiku sendiri, banyaknya bacaan di sini bikin kepala pusing memilih buku apa. Semuanya ada bagusnya. Tapi aku lebih tertarik membaca novel. sedang Ervan menyukai tokoh-tokoh selebritas Dunia. Diraihnyalah satu buku yang mengulas misteri kematian Michael Jac...

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...