Langsung ke konten utama

Berkamis, Berkomet

Kamis sore, waktu istimewa bagiku. Istimewa karena menjadi agenda utama untuk mementori anak-anak Komet, anak asuhanku yang baru. Komet, singaktan dari Komunitas Menulis di Tikar. Komunitas ini sengaja memilih jalur menulis sebagai saluran ekspresi dan kerativitas, serta runag untuk bersuara bagi bangsa.

Lebih dari itu, Komet, yang kudirikan awal April lalu, ingin kubangun menjadi satu komunitas yang bersifat kekeluargaan. Ada ikatan emosional yang kuat di antara anggota. Bukan sekadar membahas tulisan atau perkembangan isu, tetapi memandang satu sama lain sebagia saudara. Seperti seibu-seayah. Kandung dalam ideologi walau tidak dalam biologi.

Sore ini, kami mendiskusikan tulisan Jasman. Pendatang baru di Komet. Ia menulis tentang keberaniannya mendekati gadis pujaannya, di perpustakaan Universitas Negeri Medan, walau ia gagal mengungkap perasaannya lantaran gadis itu keburu masuk kelas lagi.

Jasman, punya potensi menjadi penulis bagus. Kata-katanya lancar. Ia mencintai sastra dan sains sekaligus. Tantangannya, ia harus bisa menguasai hasrat sastrawinya agar struktur tulisannya tidak kabur. Jasman, perlu belajar menulis dengan terus berpijak pada struktur atau kerangka tulisan.

Mendiskusikan tulisan Jasman, kami menghabiskan waktu hampir tiga jam. Materi berikutnya adalah bagaimana mengemas tulisan. Apa itu kemasan? Pembungkus tulisan supaya tampakl menarik, menggoda mata pembaca. Kemasan  pertama, tentulah judul. Kedua, teras/lead/pembuka tulisan. Topik mengemas tulisan kubawakan dengan praktik langsung. Bukan teori.

Tulisan Jasman dan beberapa tulisan yang lain kami kupas. "Bagaimana perasaanmu saat membaca tulisan itu?" Itu pertanyaan kami setiap kali akan mendiskusikan tentang judul, lead dan isi tulisan. Dari situ akan terbongkar bagus-tidaknya kemasan tulisan itu, dan tulisan itu sendiri.

Selain mendiskusikan kemasan, kami juga membicarakan tentang dua aspek penting dalam tulisan. Pertama, struktur. Kedua, teknik menyunting. Struktur penting karena menyasar apa yang mau disampaikan tulisan itu. Selain itu, struktur juga membantu penulis fokus dan konsisten padaapa yang mau ditulis. Dengan struktur yang bagus, penulis juga akan dengan tepat meletakkan data-data dan fakta pendukung sehingga nyata magnitudo tulisan itu.

Soal teknik, kami rasa itu proses keratif menulis. Sunting-menyunting tidak kami bicarakan tetapi secara praktis setiap kali teman-teman membawa tulisannya. Komet, kini makin terbiasa dengan tulisan. MAkin terlatih dengan bacaan, makin terpacu untuk berkreasi. Tidaklah berlebihan jika kukatakan, Kamis itu hari istimewa. Sebab di sana aku bisa melihat satu masa akan terbitnya sosok-sosok muda, penulis yang akan bersinanr di masa depan. Menjulang dengan ide-ide inteleknya, dengan teknik mengagasnya yang mumpuni.

Aku masih yakin.

Sementara soal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, g...

Larut dalam Puisi

Tiada alasan untuk bodoh. Slogan "orang miskin dilarang sekolah" sudah saatnya dihela. Akses terhadap ilmu terbuka lebar. Siapa pun--khususnya orang kota, bisa cerdas dengan aneka bacaan. Banyak bacaan tersedia di toko buku. Hanya perlu kemauan untuk menyambanginya. KAlau terlalu sibuk dengan tugas kuliah atau pekerjaan, luangkanlah saat-saat akhir pekan. Seperti kebiasaanku dan adikku Ervan. Ervan menyempatkan melumat isi buku dengan matanya Satu-satunya cara yang kami gunakan untuk mengisi perayaan dirgahayu ke-68 RI adalah bersembunyi di balik-balik buku di Toko Buku Gramedia, jalan Gajah Mada, Medan. Setelah menerobos banyak kemacetan dari Pancing ke Gramed, akhirnya kami puaskan membaca sampai toko ini tutup.  bagiku sendiri, banyaknya bacaan di sini bikin kepala pusing memilih buku apa. Semuanya ada bagusnya. Tapi aku lebih tertarik membaca novel. sedang Ervan menyukai tokoh-tokoh selebritas Dunia. Diraihnyalah satu buku yang mengulas misteri kematian Michael Jac...

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...