Langsung ke konten utama

Dua dari Medan, LSPP Beri Beasiswa Jurnalis

Selasa, 16 Jul 2013 10:20 WIB

MedanBisnis—Medan. Sebanyak sembilan proposal, dua di antaranya dari Medan, menerima beasiswa peliputan mendalam dan feature penguatan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan dan administrasi kependudukan.
Beasiswa diberikan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), sebuah lembaga nirlaba berpusat di Jakarta dan bergerak di bidang pengkajian, penelitian serta peningkatan dan penguatan mutu jurnalis.

Melalui surat elektroniknya kepada wartawan, Najib Abu Yaser mewakili LSPP Jakarta menginformasikan, pihaknya menerima 26 proposal para jurnalis Indonesia dari sembilan wilayah penjaringan meliputi Banda Aceh, Medan, Pontianak, Makassar, Kupang, Jawa Timur, Yogyakarta, Semarang, dan Bekasi (Jawa Barat).

Dijelaskan Najib, dari sembilan wilayah penjaringan itu di antaranya dua proposal dari jurnalis Kota Medan berhasil lolos sebagai penerima beasiswa, yakni “Penyediaan KTP Bagi Ugamo Malim” oleh Paransian Hasibuan dan Dedy Hutajulu (Harian Analisa)-Rindu Hartoni Capah (Menara News) dan Jurus Kerat Dana BOS untuk Pemberat Saku Bos” oleh Alfiannur Syafitri (Medan Pos).

“Selanjutnya kita akan melaksanakan workshop reporting plan di Bogor, 30-31 Juli, guna peningkatan dan penguatan kasapasitas jurnalis penerima beasiswa, baik dari sisi proposal liputan maupun strategi peliputan,” papar Najib, Minggu (14/7/2013).

Adapun proposal penerima beasiswa peliputan pelayanan bidang publik selain dua proposal yang telah disebutkan terdiri dari; Susahnya Sehat Bagi Warga Kepulauan oleh Hidayaturrahman (kontributor Metro TV Sumenep dan Sampang), Menelisik Carut Marut Pendidikan di Perbatasan oleh Heriyanto (Pontianak Post), Anak Penyandang Disabilitas yang Masih Terabaikan oleh Heironimus Bokilia (VictoryNews Kupang), Akta Lahir “Pintu Masuk” Pekerja Anak di Perbatasan oleh Agus Wahyuni (Borneo Tribun), Pelayanan Kesehatan Warga Miskin di Rumah Sakit Semarang oleh Amin Fauzi dan Puji Utami (Sindo Semarang dan Kompas.com), Wajah Bopeng Pendidikan Anak Pulau oleh Fakhrurradzie Gade dan Hamzah Hasballah (Acehkita.com), dan Ironi Pendidikan di Negeri Kaya Raya oleh Fauzi Yudha (Harian Aceh).

Sementara itu bagi Alfiannur Syafitri, beasiswa liputan mendalam bidang pelayanan publik tahun 2013 ini merupakan yang kedua diterimanya dari LSPP. Sebelumnya, pada 2012 wartawan madya anggota PWI Sumut ini juga menerima beasiswa liputan investigasi yang hasil liputannya bersama liputan jurnalis lainnya oleh LSPP diterbitkan dalam buku berjudul “Menelisik Anggaran Publik.” (ys rat/rel)

[http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/07/16/40640/dua_dari_medan_lspp_beri_beasiswa_jurnalis/#.Ueqm3XmwfKR]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, g...

Larut dalam Puisi

Tiada alasan untuk bodoh. Slogan "orang miskin dilarang sekolah" sudah saatnya dihela. Akses terhadap ilmu terbuka lebar. Siapa pun--khususnya orang kota, bisa cerdas dengan aneka bacaan. Banyak bacaan tersedia di toko buku. Hanya perlu kemauan untuk menyambanginya. KAlau terlalu sibuk dengan tugas kuliah atau pekerjaan, luangkanlah saat-saat akhir pekan. Seperti kebiasaanku dan adikku Ervan. Ervan menyempatkan melumat isi buku dengan matanya Satu-satunya cara yang kami gunakan untuk mengisi perayaan dirgahayu ke-68 RI adalah bersembunyi di balik-balik buku di Toko Buku Gramedia, jalan Gajah Mada, Medan. Setelah menerobos banyak kemacetan dari Pancing ke Gramed, akhirnya kami puaskan membaca sampai toko ini tutup.  bagiku sendiri, banyaknya bacaan di sini bikin kepala pusing memilih buku apa. Semuanya ada bagusnya. Tapi aku lebih tertarik membaca novel. sedang Ervan menyukai tokoh-tokoh selebritas Dunia. Diraihnyalah satu buku yang mengulas misteri kematian Michael Jac...

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...