Langsung ke konten utama

Pegiat Berbagi Pengalaman Bangun Gerakan Literasi

Empat orang siswa SD Pelita Mutiara Parulian 5 angkat bicara soal pemanasan global. Dihadapan dua ratus peserta seminar literasi, mereka menunjukkan cara sederhana menurunkan pemanasan suhu bumi. Cara yang mereka maksud adalah mencangkok pohon. “Cara ini kami pelajari dan praktikkan di sekolah,” terang Adelina Sinaga dalam seminar bertajuk Menumbuhkan Budaya Literasi di Sumatera Utara, Medan, Selasa (26/9).


Siswa SD. Pelajar SD Pelita Mutiara Parulian 5 Medan mempresentasikan cara mengatasi pemanasan global dengan mencangkok pohon. Panitia Festival Literasi Sumatera Utara (FLSU) menggelar Seminar Literasi bertajuk Membangun Budaya Literasi di Sumatera Utara di YP Parulian, Medan, Selasa (26/9).

Presentasi Adelina dan kawan-kawan selaras dengan laporan Badan Meteorologi Dunia yang menyebut suhu permukaan bumi terus memanas. Dibandingkan tahun 1960an, kenaikan suhu bumi meningkat hampir satu derajat celsius. Jika laju pemanasan global ini tidak ditekan, kehidupan manusia dan mahluk lainnya akan terancam.


Koordinator Literasi Yayasan Pendidikan (YP) Parulian Poster Manalu menjelaskan, presentasi Adelina dan kawan-kawannya merupakan bagian dari hasil pembelajaran. Sebagai sekolah literasi, Parulian telah mengintegrasikan literasi ke dalam pembelajaran. Mereka membiasakan siswa menggunakan informasi untuk mencari solusi. Karena itu aktivitas pembelajaran didesain agar siswa melakukan kegiatan 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan). “Agar mampu mengintegrasikan literasi, guru-guru kami terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dengan menggunakan modul yang didesain oleh USAID PRIORITAS,” terangnya.
Presentasi. Kadis Pendidikan Joni Walker Manik mempresentasikan keberhasilan Serdang Bedagai meraih Indeks Literasi Daerah (ILD) tertinggi di Indonesia. Panitia Festival Literasi Sumatera Utara (FLSU) menggelar Seminar Literasi bertajuk Membangun Budaya Literasi di Sumatera Utara di YP Parulian, Medan, Selasa (26/9).

Kepala Dinas Pendidikan Serdang Bedagai Joni Walker Manik menyarankan, gerakan literasi harus menjadi gerakan bersama. Dibutuhkan kebijakan, kelembagaan dan kekompakan. Tiga hal ini yang membuat Sergai meraih Indeks Literasi Daerah (ILD) tertinggi di Indonesia. "Kami bangga punya Bupati seperti Pak Soekirman yang berkomitmen membangun pendidikan. Ia senang dan serius memajukan gerakan literasi. Gerakan literasi kuncinya hanya tiga, yaitu komitmen, semangat dan perhatian kepala daerah," pungkas Joni Walker Manik.

Sedangkan pendiri Alusi Tao Toba Togu Simorangkir mengatakan, literasi tidak cukup hanya dipahami sebagai aksi membaca dan menulis semata. Literasi lebih dalam, bicara soal konteks yang dilakukan. Siapapun yang bergerak di bidang literasi harus menjadi contoh (teladan).

Ketua Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI) Badriah menambahkan, seminar literasi yang dilangsungkan di YP Parulian merupakan bagian dari Festival Literasi Sumatera Utara (FLSU). Seminar ini menghadirkan pembicara kunci Hasban Ritonga, Ketua Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (FORMALSU). Selain itu turut bicara narasumber yang dikenal aktif di dunia literasi, diantaranya, Agus Marwan dari FORMALSU dan Khairiah Lubis dari DAAI TV. “Kami ingin semua narasumber ini bisa berbagi pengalaman, sehingga kita bisa belajar dari satu sama lainnya,” tukas Badriah.

Plant Manager PT Dow Indonesia Ricky Rahardja menyebut FLSU bertujuan mendukung Sumut sebagai Provinsi Literasi. “Kegiatan ini digagas oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumatera Utara, FORMALSU, YAFSI, YP Parulian dan merupakan pengabdian CSR PT Dow Indonesia tahun 2017,” terangnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, g...

Larut dalam Puisi

Tiada alasan untuk bodoh. Slogan "orang miskin dilarang sekolah" sudah saatnya dihela. Akses terhadap ilmu terbuka lebar. Siapa pun--khususnya orang kota, bisa cerdas dengan aneka bacaan. Banyak bacaan tersedia di toko buku. Hanya perlu kemauan untuk menyambanginya. KAlau terlalu sibuk dengan tugas kuliah atau pekerjaan, luangkanlah saat-saat akhir pekan. Seperti kebiasaanku dan adikku Ervan. Ervan menyempatkan melumat isi buku dengan matanya Satu-satunya cara yang kami gunakan untuk mengisi perayaan dirgahayu ke-68 RI adalah bersembunyi di balik-balik buku di Toko Buku Gramedia, jalan Gajah Mada, Medan. Setelah menerobos banyak kemacetan dari Pancing ke Gramed, akhirnya kami puaskan membaca sampai toko ini tutup.  bagiku sendiri, banyaknya bacaan di sini bikin kepala pusing memilih buku apa. Semuanya ada bagusnya. Tapi aku lebih tertarik membaca novel. sedang Ervan menyukai tokoh-tokoh selebritas Dunia. Diraihnyalah satu buku yang mengulas misteri kematian Michael Jac...

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...