Langsung ke konten utama

Teknologi Ciptakan Pekerjaan Baru Manusia Perlu Kuasai Keterampilan Abad 21

Perkembangan teknologi telah mengubah kehidupan kita, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Teknologi telah menciptakan banyak pekerjaan baru yang satu dekade lalu tidak ada. "Misalnya sekarang muncul posisi Sosial Media Manager. Seseorang yang mumpuni mengelola dan mengukur data di facebook, twitter, blog dst," kata Ahli Komunikasi Erix Hutasoit memberi contoh saat memberikan kuliah umum di Universitas Panca Budi, Medan, Jumat (22/9). Sekitar 120 mahasiswa dari pelbagai fakultas hadir mengikuti kuliah umum ini.


Erix juga menyebut teknologi telah mengubah trend industri. Jika di tahun 1960an, industri didominasi manufaktur, maka menjelang tahun 2000an, trend itu berubah. Industri jasa informasi yang mendominasi. "Itu sebabnya sekarang industri tidak lagi harus menghasilkan produk dalam bentuk barang, tetapi lebih banyak dalam bentuk jasa," terangnya.

Erix memberi contoh Gojek. Gojek bukanlah industri transportasi. Mereka bahkan tidak punya sepeda motor sendiri. "Jangan bayangkan mereka punya tempat penyimpanan sepeda motor sebesar stadion senayan. Mereka tidak punya itu. Mereka hanya menyediakan sistem kerja yang diatur dengan teknologi informasi," ungkap Erix yang pernah mendapat beasiswa belajar di Birmingham, Inggris ini.

Selain mengubah trend industri, menurut Erix, teknologi juga mengubah cara orang bekerja. Kantor yang besar dengan ruang-ruang khusus mulai ditinggalkan para karyawan. Semua menjadi “flat”. Kantor-kantor IT hanya menyediakan meja panjang, kabel internet dan computer. Tidak ada lagi kubikel. Semua orang bisa saling menatap.


Erix bercerita soal CEO Air Asia, Tony Fernandez yang punya No Door Policy. Saat mulai membangun Air Asia, ruangan Tony sengaja tidak dibuatkan pintu. Siapa saja boleh langsung menjumpainya. Segala masalah bisa dibawa, dan solusinya diputuskan saat itu juga. Hirarki yang kaku mulai ditinggalkan dalam manajamen yang lebih modern. "Orang-orang lebih dituntut mampu bekerjasama dan berkolaborasi, ketimbang bekerja secara eksklusif," cetusnya.

Selain itu, kata Humas Forum Masyarakat Literasi Sumut itu, dampak kemajuan teknologi, pencari kerja juga semakin independen. Orang-orang sudah bisa memilih jenis pekerjaan sendiri. Seiring dengan makin beragamnya keterampilan yang dimiliki seseorang, maka pekerjaan yang ketat dengan jam kerja yang baku mulai ditinggal. Orang sudah bisa bekerja dari rumah, kafe dan bahkan sambil berlibur. Pekerjaan bukan lagi soal time base tapi sudah volume base.

Di akhir kuliah umum, Erix berpesan kepada mahasiswa bahwa perubahan ini membawa konsekuensi. Hanya mereka yang kompetenlah yang mampu beradaptasi dengan dunia baru ini. Agar mampu beradaptasi, ada 11 kompetensi yang harus dimiliki. "Tetapi sebelas kompetensi itu, jika saya ringkas, intinya hanya tiga yaitu: belajar, mau belajar dan terus menerus belajar. Selamat datang di abad 21!" pungkas Erix.


Kuliah umum ini terbilang unik. Pertama, narasumber yang diundang kebanyakan praktisi, bukan akademisi. Sebagai praktisi, pemateri bicara tentang pengalaman selama bertahun-tahun bekerja di bidang gelutannya. Sepasti Erix yang berbicara pengalamannya 14 tahun di bidang komunikasi. Ia memberi pandangan soal trend dan tantangan ke depan.

Kedua, kegiatan ini digagas oleh Student Advisory Board, lembaga yang berada di perpustakaan universitas. Lembaga ini berperan membekali mahasiswa tentang pengetahuan dan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja nantinya. Itu sebabnya kebanyakan pemateri kuliah umum diambil dari praktisi. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, g...

Larut dalam Puisi

Tiada alasan untuk bodoh. Slogan "orang miskin dilarang sekolah" sudah saatnya dihela. Akses terhadap ilmu terbuka lebar. Siapa pun--khususnya orang kota, bisa cerdas dengan aneka bacaan. Banyak bacaan tersedia di toko buku. Hanya perlu kemauan untuk menyambanginya. KAlau terlalu sibuk dengan tugas kuliah atau pekerjaan, luangkanlah saat-saat akhir pekan. Seperti kebiasaanku dan adikku Ervan. Ervan menyempatkan melumat isi buku dengan matanya Satu-satunya cara yang kami gunakan untuk mengisi perayaan dirgahayu ke-68 RI adalah bersembunyi di balik-balik buku di Toko Buku Gramedia, jalan Gajah Mada, Medan. Setelah menerobos banyak kemacetan dari Pancing ke Gramed, akhirnya kami puaskan membaca sampai toko ini tutup.  bagiku sendiri, banyaknya bacaan di sini bikin kepala pusing memilih buku apa. Semuanya ada bagusnya. Tapi aku lebih tertarik membaca novel. sedang Ervan menyukai tokoh-tokoh selebritas Dunia. Diraihnyalah satu buku yang mengulas misteri kematian Michael Jac...

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...