Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Mungkinkah Penegak Hukum Kembali Fenomenal? Fenomenal! Kata yang pas buat Gayus Tambunan (GT). Kelakuannya sulit ditebak, membuat lembaga-lembaga penegak hukum menjadi bulan-bulanan. Bukan hanya itu, dikatakan fenomenal juga karena figur mafia pajak kelas teri (yang pertama terkuak ke publik) yang begitu lihai mengemplang pajak, melakukan pencucian uang hingga rekening pribadinya hampir muntah menampung kucuran dana miliaran rupiah dari beberapa perusahaan besar yang bermasalah pajak yang ditanganinya sendiri. Dengan kekuasaannya, dia juga mampu menyuap penyidik dan hakim, mengelabui banyak orang dengan memalsukan identitas paspor senilai hampir Rp 1 Milyar (Rp 900 juta). Sedari awal hingga kini, kasus Gayus Tambunan (GT) masih penuh misteri. Meskipun Gayus hanya seorang pegawai pajak golongan rendah, ternyata pengungkapannya tidak gampang. Sangat sulit. Bahkan, lembaga-lembaga penegak hukum sempat dibuat limbung. Tak pelak, sejumlah nama polisi, jaksa, hakim, advokat yang ada kaitannya dengan kasus Gayus telah diseret ke pengadilan. Bahkan, kini nama Antasari Azhar pun (mantan ketua KPK) mulai disebut-sebut. Mereka yang terseret Gayus versi litbang kompas antara lain: Ajun Komisaris Sri Sumartini (vonis 2 tahun), Komisaris Arafat (Vonis 5 tahun), Muhtadi Asnun (Vonis 2 tahun), Alif Kuncoro (Vonis 5 tahun), Andi Kosasih (Vonis 5 tahun), Lambertus Palang Ama (Vonis 5 tahun), Haposan Hutagalung (Vonis 7 tahun). Dan Gayus sendiri divonis 7 tahun denda Rp 300 juta, yang sebelumnya dituntut jaksa untuk dihukum 20 tahun penjara dan denda Rp 500 juta, (kompas 20/1). Lebih hebat lagi, begitu kasus ini ditangani sepenuhnya oleh lembaga kepolisian dan kita berharap Gayus akan jera, tapi yang dipertontonkan kepada publik justru hukum seperti tunduk kepada Gayus. Institusi polri tidak mampu menyelesaikan kasus Gayus dalam tenggat waktu yang dijanjikan Kapolri sendiri (pol Trimur Pradopo.). Anehnya, saat Gayus di dalam bui, logika kita seperti diputarbalikkan: bagaimana bisa seorang tahanan bebas melenggang dari tahanan berkali kali (sampai 68 kali). Padahal, penjara markas komando Brimob nya dikenal sebagai penjara paling ’angker’. Yang lebih fenomenal lagi adalah ketika pasca putusan hakim untuk vonis bagi Gayus dibacakan di persidangan negeri jakarta selatan, Gayus kembali berkicau. Dan kicauan itu membuat SBY kaget. Di luar persidangan, Gayus dengan penuh percaya diri membacakan sebuah pernyataan tertulis yang menyangkut anggota satgas pemberantasan mafia hukum yang konon dibentuk presiden SBY. Presiden kaget? Serangan balik koruptor memang tak terduga. Maka, kekagetan presiden bisa dimaklumi dan mungkin dikarenakan presiden tidak sepenuhnya menganggap semua yang diungkapkan Gayus adalah kebohongan. SBY sendiri masih memiliki rasa penasaran yang besar, dan mungkin masih menaruh rasa percaya atas pernyataan tertulis Gayus itu, meski kadarnya sedikit. Tapi, hal itu tak bisa dianggap remeh. Sebagai pemimpin, SBY tentu tidak sembarangan menunjukkan kekagetannya di depan orang-orang dekatnya. Alasan lain, karena ungkapan Gayus itu menyangkut orang kepercayaan presiden (Denny Indrayana). Aksi Gayus menyerang satgas pemberantasan mafia hukum dan satgas yang segera membantah Gayus menjadi episode demi episode yang menarik banyak perhatian masyarakat. Masyarakat ada yang geram, ada yang curiga, ada keragu-raguanan, dan ada pula kebencian. Tapi, efek yang paling mencolok dari adegan tersebut telah membuahkan ketidakpercayaan rakyat yang luar biasa kepada pemerintah dan lembaga penegak hukum. Ketidakpercayaan itu seperti Merapi di Jawa tengah yang siap meletus-memuntahkan amarah kebenciannya. Meski demikian fenomenal, kita tetap optimis kepada pemerintahan SBY dalam memberantas mafia pajak dan mafia peradilan. Meski polpularitas SBY mulai rontok karena beliau terkesan lamban menyelesaikan kasus-kasus mega korupsi dan seperti tak berdaya dalam memimpin pemberantasan korupsinya seperti yang sejak awal digenda presiden SBY dalam pemerintahannya sekarang, tapi, optimisme pemberantasan korupsi semakin mengakar ke dalam dan berpucuk ke atas. Butuh Komitmen Momentum pengungkapan kasus Gayus yang kini mulai memuncak, kelak akan memicu semangat para penegak hukum untuk lebih greget. Maka komitmen dari lembaga-lembaga penegak hukum dan komitmen presiden menjadi sesuatu yang sangat tidak bisa ditawar-tawar lagi. Komitmen itu seperti api yang menyala-nyala di dasar hati para penegak hukum. Dia bagaikan roh yang menuntun naluri dan mendongkrak spirit baru bagi seseorang untuk bekerja sepenuh hati dan benci pola kerja yang asal-asalan untuk memutuskan belitan korupsi sehingga timbul kerelaan hati yang dalam untuk mengabdi mencucurkan keringat terbaiknya bagi orang lain, meski dia sendiri mungkin akan mengalami banyak ketidakenakan. Presiden memang telah memberikan intruksi untuk menyelesaikan kasus Gayus. Namun, instruksi saja tidak cukup. SBY harus berkomitmen merealisasikan instruksinya, mengawal jalannya penegakan hukum secara progres dan militan. Saatnya, SBY menunjukkan kehebatannya. Semua lembaga penegak hukum adalah ’kaki’ dan ’tangan’ presiden. Presiden punya kapasitas untuk menggerakkan ’kaki’ dan ’tangannya’ itu untuk melawan korupsi. Jika SBY mampu menyelesaikan kasus Gayus ini sampai tuntas, tentu Marwahnya sebagai pemegang amanah rakyat akan terdongkrak. Oleh karena itu, kasus Gayus ini harus menjadi momentum yang tak boleh berlalu begitu saja, tanpa menghasilkan apa-apa. Presiden dan lembaga-lembaga penegak hukum harus bisa mewujudkannya. Kita masih percaya kepada Presiden dan lembaga-lembaga penegak hukum akan mampu menyelesaikan kasus Gayus ini. Meski Gayus fenomenal, tapi Presiden dan Lembaga-lembaga penegak hukum akan jauh lebih fenomenal jika mampu melawan korupsi. Itulah argumen saya untuk menjawab judul tulisan di atas. Semoga terbukti!

Oleh: Dedy Hutajulu Fenomenal! Kata yang pas buat Gayus Tambunan (GT). Kelakuannya sulit ditebak, membuat lembaga-lembaga penegak hukum menjadi bulan-bulanan. Bukan hanya itu, dikatakan fenomenal juga karena figur mafia pajak kelas teri (yang pertama terkuak ke publik) yang begitu lihai mengemplang pajak, melakukan pencucian uang hingga rekening pribadinya hampir muntah menampung kucuran dana miliaran rupiah dari beberapa perusahaan besar yang bermasalah pajak yang ditanganinya sendiri. Dengan kekuasaannya, dia juga mampu menyuap penyidik dan hakim, mengelabui banyak orang dengan memalsukan identitas paspor senilai hampir Rp 1 Milyar (Rp 900 juta). Sedari awal hingga kini, kasus Gayus Tambunan (GT) masih penuh misteri. Meskipun Gayus hanya seorang pegawai pajak golongan rendah, ternyata pengungkapannya tidak gampang. Sangat sulit. Bahkan, lembaga-lembaga penegak hukum sempat dibuat limbung. Tak pelak, sejumlah nama polisi, jaksa, hakim, advokat yang ada kaitannya dengan kasus Gayus