Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Gadis dan Ranting

Cinderella saat melepaskan tangan ayahnya/foto dari google KISAH gadis manis itu sudah lama kudengar. Dan dongeng-dongengnya sejak kecil sudah kuhafal mati. Tentang gadis yang berjodoh dengan pangeran di sebuah hutan, dan kisahnya berlanjut dengan pesta dansa bersama pangeran. Dan teng! Satu dentang lonceng di tengah malam sudah cukup menyudahi kekuatan magic yang menyelubunginya. Wanita penuh pesona itu kembali pada kehidupan normalnya, wanita arang. Cinderella, dalam kisahnya di bioskop baru-baru ini, sebenarnya tak punya daya tarik baru. Kisah ini hanya daur ulang dongeng anak-anak. Meski cara penyajiannya terbilang memukau. Namun tetap saja, semua sudah bisa menebak kalau jalan dan akhir filem tersebut. Mungkin, ya, masih mungkin, satu-satunya yang menarik dari filem ini adalah kekuatan bahasanya. Pun pembukan cerita yang dimulai dari sebuah masa kanak-kanak. Seorang gadis kecil yang mencintai alam dengan sepenuh hatinya, gadis kecil yang berbicara dengan

Bukan Pecundang

Andrew Neymann berlatih keras/foto dari google SUARA drum digebuk terdengar dari balik pintu. Kamera menyorotnya hingga ke dalam. Seorang pria muda gigih berlatih di sebuah ruang latihan di Shaffer Conservatory, sebuah sekolah musik kenamaan di Amerika. Pemuda itu amat enerjik dan ambisius. Ia berlatih amat keras. Hingga Terrence, si guru killer meliriknya. Ia pun direkrut menjadi drummer di band musk Jazznya, Shaffer. Terence awalnya tertarik dengan Andrew Neyman karena kegigihannya berlatih. Dan Neyman s endiri amat bangga bisa bergabung dengan band Shaffer karena dibawah asuhan Terrence, mentor musik yang namanya terkenal di kalangan musisi dunia.  Neyman tak mengira kalau menjadi drummer di bandnya Terrence itu sangat tidak mudah. Bahkan tak mengenakkan bak masuk neraka, tidak hanya harus menghadapi tekanan fisik, tetapi psikis juga. Apalagi, Terrence tak segan-segan melemparkan sesuatu dan memaki para anggota band jika melakukan kesalahan. Terrence punya tel

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i

Agar Suara Tidak Hilang

dicapture dari laman http://www.kawalpemilu.org/#0 RISET dan teknologi bisa menghentikan pencurian suara di pemilihan umum. Penggunaan teknologi informasi seperi kawanlpemilu.org memungkinkan semua orang mengawasi sendiri suara pemilih.   Martin Hutabarat, Artha Berliana Samosir dan Budiman Panjaitan ikut bertarung dalam pemilihan legislatif periode 2014-2019. Ketiganya memang turun di arena berbeda, namun mereka sama-sama kehilangan suara. Mengenakan kemeja hijau dipadu celana keper hitam, Martin duduk nyantai di resto sembari menceritakan ihwal sengketa pemilu 2014 silam. Martin adalah anggota DPR RI 2014-2019 dari partai Gerindra, mewakili daerah pemilihan Sumut 3. Pada pemilu lalu, Ia menggugat KPU Simalungun dengan tudingan penggelembungan suara. Pesaingnya Sortaman Saragih yang tidak diprediksi menang malah bisa unggul. Sedang suara Martin berkurang. Martin Hutabarat berang tak ampun ketika KPU mengumumkan, ia kalah dari Sortaman Saragih. Padahal, po