Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Aku Benci Oktober

Aku benci dengan Oktober. Kulewati hari-hari di bulan ini dengan banyak kekuatiran. Kekuatiran tentang masa depan, tentang arapan-harapan yang sempat kupancangkan, tentang wanita yang kudamba namun tak memberi rasa saat keadaanku kian terpuruk. Meski tinggal tiga hari lagi, tetap saja aku ingin bulan penuh kekuatiran ini berakhir tanpa kusadari, laiknya malam yang hilang di kala kita tengah terlelap dalam tidur. Kebencianku pada bulan sepuluh di tahun ini, terasa kentara. Sampai-sampai kau tak bisa mneutup mata di kala tidur. Ada rasa sepat di ujung lidah. Ada perassaan mual setiap kali punggungku sudah nyaman dengan kasur sehingga terpaksa bangun untuk sekadar mengambilkan air galon buat mengusir sepat. Aku benci dengan Oktober. Ada cinta yang mengendur. Surut. Layu. Pada wanita yang kurindu, mungkin dia telah melupakanku. Ah, pikiran ini terlampau jahat. Lalu cepat-cepat kutindas. Batuk terus menyesak. Rasanya paru-paruku tersumbal banyak kotoran atau tenggorokanku serasa

Resah Wanita

Dari Srintil, sang ronggeng, aku belajar kalau ternyata sesundal-sundalnya perempuan--mungkin ini cuma rekaan Ahmad Tohari--mereka ternyata haus kebebasan (bebas untuk menentukan pilihannya, termasuk memilih siapa lelaki yang akan diajaknya berkencan, dinikahinya serta mengandung dan melahirkan bayinya sendiri). Dan sekalipun takdirnya sebagai ronggeng, tetap saja Srintil merindukan masa-masa menjadi seorang ibu, menjadi seorang wanita yang sesungguhnya, dekat dengan bayi, meneteki bocah dari air payudaranya, menggendongnya hingga terlelap dalam embanan, mendongengkan cerita indah walau bonus yang akan diterimanya hanyalah guyuran kencing dan rengek sang bocah. Srintil--dan wanita-wanita di pedukuhan itu--adalah suatu paradoks dari desa yang tak kalah paradoks. Perempuan yang tidak membangkang pada takdirnya sebagai ronggeng, sebagai pembangkit hasrat primitif kaum adam. Dan wanita di dukuh itu betapa aneh (bangga jika suami mereka bisa meniduri sang ronggeng--hanya