Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Siap Maju

Seminggu setelah TOR masuk ke imelku. Panitia dari LSPP mengirimkan tiket pesawat. Sekali lagi, naik Garuda. Aku begitu gembira. Meski aku gembira, sebenarnya aku jantungan. Beberapa hari ini aku ikuti perkembangan isu nasional di tivi. Wajah Ahok dan Abraham Samad hampir tiap hari nongol di media. Tapi bagaimana pun, aku tetap senang. Ini kesempatan emas yang tidak semua orang bisa dapatkan. Apalagi, duduk semeja dengan orang-orang gede, dalam sebuah rembuk nasional. Aku telah siapkan bahanku. Juga peta persebaran parmalim di Sumatera Utara, plus poto-poto kebudayaan Parmalim, sehari-harinya, dan pesta adatnya. Aku siap untuk berbicara di depan publik.

Berkamis, Berkomet

Kamis sore, waktu istimewa bagiku. Istimewa karena menjadi agenda utama untuk mementori anak-anak Komet, anak asuhanku yang baru. Komet, singaktan dari Komunitas Menulis di Tikar. Komunitas ini sengaja memilih jalur menulis sebagai saluran ekspresi dan kerativitas, serta runag untuk bersuara bagi bangsa. Lebih dari itu, Komet, yang kudirikan awal April lalu, ingin kubangun menjadi satu komunitas yang bersifat kekeluargaan. Ada ikatan emosional yang kuat di antara anggota. Bukan sekadar membahas tulisan atau perkembangan isu, tetapi memandang satu sama lain sebagia saudara. Seperti seibu-seayah. Kandung dalam ideologi walau tidak dalam biologi. Sore ini, kami mendiskusikan tulisan Jasman. Pendatang baru di Komet. Ia menulis tentang keberaniannya mendekati gadis pujaannya, di perpustakaan Universitas Negeri Medan, walau ia gagal mengungkap perasaannya lantaran gadis itu keburu masuk kelas lagi. Jasman, punya potensi menjadi penulis bagus. Kata-katanya lancar. Ia mencintai sastra da

Duduk Semeja Dengan Orang-orang Gede

Di kos Nova. Minggu. 17 November 2013. Kami sedang nonton filem kartun. Dua filem sudah rampung. Masuk ke filem ketiga. Tiba-tiba telpon berdering. "Aha, Bung Najib mengontek? Ada apa ya?" Aku tanda tanya. "Bang Dedy, tanggal enam abang kami undang kembali ke Jakarta." "Untuk apa Pak?" "Abang kami undang sebagai narasumber." katanya,"nahkah abang salah satu yang terpilih untuk dipresentasikan di diskusi nasional tentang administrasi kependudukan." "Ya" "Tolong lengkapi poto-foto ya Bang." "Iya." Hatiku sungguh dibesarkan. Benarkah aku layak jadi nara sumber. Mimikah kau ini? Tak pernah kubayangka bisa menjadi nara sumber di rembuk bertaraf nasional. Berhadapan dengan sedikitnya 150 pasang mata. Duduk semeja dengan pejabat-pejabat teras. Orang-orang yang pengalamannya jauh diatasku. Ah, hidup teramat rumit untuk dipahami. Tapi aku tetap senang. Hari, 21 November 2013, surel dari Najib datang.