Aku benci dengan Oktober. Kulewati hari-hari di bulan ini dengan banyak kekuatiran. Kekuatiran tentang masa depan, tentang arapan-harapan yang sempat kupancangkan, tentang wanita yang kudamba namun tak memberi rasa saat keadaanku kian terpuruk. Meski tinggal tiga hari lagi, tetap saja aku ingin bulan penuh kekuatiran ini berakhir tanpa kusadari, laiknya malam yang hilang di kala kita tengah terlelap dalam tidur. Kebencianku pada bulan sepuluh di tahun ini, terasa kentara. Sampai-sampai kau tak bisa mneutup mata di kala tidur. Ada rasa sepat di ujung lidah. Ada perassaan mual setiap kali punggungku sudah nyaman dengan kasur sehingga terpaksa bangun untuk sekadar mengambilkan air galon buat mengusir sepat. Aku benci dengan Oktober. Ada cinta yang mengendur. Surut. Layu. Pada wanita yang kurindu, mungkin dia telah melupakanku. Ah, pikiran ini terlampau jahat. Lalu cepat-cepat kutindas. Batuk terus menyesak. Rasanya paru-paruku tersumbal banyak kotoran atau tenggorokanku serasa
Merawat bangsa lewat Ide, Gagasan, Dan Kreativitas. Seberkas sinar di ujung lorong gelap mejadi asa di tengah bangsa yang rapuh nan kelam ini!