Langsung ke konten utama

Belajar Kelompok dan Karakter yang Dibangunnya

Belajar berkelompok melatih beragam keterampilan, seperti tanggung jawab, solidaritas, menghargai pendapat orang dan memprediksi pertanyaan serta menyiapkan sanggahan.


Oleh Dedy Hutajulu

SUASANA belajar di kelas 3 SMP Negeri 42 Medan, Jalan Platina 3 Kelurahan Titipan Kecamatan Medan Deli terasa heboh. Perdebatan sedang alot-alotnya soal topik Seleksi Alam. Pelajaran Biologi pagi itu diwarnai dengan debat dan baku sanggah.

Anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan antara lima sampai enam orang. Tiap kelompok duduk dengan posisi melingkari. Baru saja Dhea Fisabila (14) tersenyum lega. Ia dan timnya baru saja kelar presentase yang diwarnai adu argumen dengan kelompok lainnya. Pengalaman itu, katanya, sangan mengesankan.

Dhea mengaku, belajar berkelompok bukan sekadar mengupas topik Seleksi Alam, tetapi mempraktikkan cara memimpin rapat, bagaimana menghargai pendapat teman, belajar mengorganisir diskusi, memprediksi pertanyaan dari kelompok lain, mendorong anggota aktif terlibat dan menyiapkan presentase serta memastikan informasi yang hendak disampaikan seakurat mungkin. "Saya pribadi, belajar bertanya lebih santun, belajar bertanya sesuai topik dan belajar berbahasa seraca komunikatif," terangnya.

Sebagai ketua kelompok, hari itu Dhea belajar membagi tugas untuk setiap anggotanya. Ia harus memastikan setiap anggotanya terlibat aktif. Tidak ada yang diam atau main-main. Ia membagi tugas secara lisan. Ada yanh ditugaskan mencatat hasil diskusi, ada yang mencari penjelasan topik seleksi alam, ada yang mencari makna kata, memprediksi pertanyaan lawan dan ada yang tugasnya sebagai juru bicara.

"Saya lempar pertanyaan-pertanyaan ke grup. Lalu mereka harus mencari jawabannya dari buku. Kami berdiskusi. Melalui belajar kelompok ini, saya merasa, ternyata enggak mudah memandu kelompok ini. Dan itu jadi tanggung jawab saya," imbuhnya.

Ketika kelompoknya sukses tampil presentase di depan kelas, Dhea merasa senang sekali. Alasannya, selain karena merasa berhasil membawa timnya persentase dan berbagi pengetahuan, ia juga bangga karena informasi yang mereka sampaikan akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Belajar dengan berkelompok, menurut Dea, lebih banyak manfaat. Model berkelompok menumbuhkan banyak ilmu, seperti tanggung jawab, kekompakan, saling menghargai pandangan dan belajar memprediksi pertanyaan kelompok lain

Sekretaris kelompoknya, Tri Wulandari (14) menambahkan, sebagai Ketua kelompok, Dhea telah menunjukkan kiprah dan tanggung jawabnya yang besar. Ia bangga dengan keberanian Dea sebagai ketua grupnya. Tri melihat Dhea sebagai orang yang tegas, cerdas dan bisa memperhatikan anggotanya. "Bekerja sebagai tim membuat kami lebih kompak. Ada kerja sama, sehingga persoalan lebih mudah dipecahkan," timpalnya.

Tri menyadari, dengan berkelompok, memungkinkan muncul banyak pendapat berbeda dan kaya dialektika. Perbedaan pandangan itu, sambungnya, semakin memperkaya khasanah sekaligis mematangkan mereka dalam menarik kesimpulan.

Selain tanggung jawab, belajar kelompok juga efektif menumbuhkan rasa percaya diri, sepasti dialami Wulandari. Remaja ini mengaku sangat grogi setiap kali harus tampil persentase di depan murid lainnya. Takut oleh dua hal, yakni ditatap 30-an pasang mata dan jika informasi yang disampaikannya tidak benar.

"Jadi kami harus menguasai bahan. Kami harus percaya diri serta bekerja sama agar bisa menghasilkan kesimpulan yang lebih memuaskan. Di kelompok inilah saya belajar percaya diri," katanya menjujuri.

Sebagai Notulen, Sofi Fatinah (14) merasakan betul penggemblengan di kelompok. Bagaimana ia tak.hanya bertugas menulis hasil rembuk kelompol, tetapi turut terlibat aktif mempersiapkan materi presentase, membaca topik yang dibahas, mencari referensi pendukung di internet sekaligus memprediksi apa yang akan ditanyakan kelompok lain.

"Karena itu, saat presentase, kelompok kami harus menguasai materi, supaya ketika kelompok lain bertanya, kami bisa menjawabnya. Kalau tidak menguasai materi, kan bikin malu," jelasnya.

Bagi Sofi, belajar kelompok lebih seru karena ada perdebatan dan perbandingan. Ada banyak pandangan berbeda yang memperkaya diskusi. Perbedaan pandangan itu, kata dia, memberi kejutan-kejutan baru. Karena, apa yang ditanyakan atau disampaikan temannya sebagian ada yang tak mereka bayangkan sebelumnya. "Selama ini, kelas kami jarang menerapkan pembelajaran secara berkelompok. Sehingga ini hal baru bagi saya," ungkapnya.

Syahira Ramadhani (14), dari kelompok lain berkomentar lain soal belajar secara kelompok ini. Model berkelompok, cetusnya, amat membantu anak memahami materi pelajaran lebih baik. Sebab, belajar secara kelompok memungkinkan dia dan teman-temannya saling bertukar pandangan. Hal ini, menurutnya mengasyikkan sekali.

"Di kelompok saya menemukan sudut pandang berbeda dari teman-teman. Sehingga pembelajaran lebih mudah. Bahkan kalau kami tidak tahu apa jawaban dari soal yang kami diskusikan, kami bisa bertanya kepada guru. Ada kebebasan bertanya," katanya.

Sebagai ketua, Syahira berusaha untuk memastikan kelompoknya untuk aktif. Jika anggota kelompoknya kurang aktif, Syahira berusaha menegur. Jika tegurannya tidak diindahkan, ia akan meninggikan suara. "Biasanya sih agak membentak sikit. Tapi tidak sampai memarahinya. Mereka mudah kok mengerti. Di kelompok ini kan kami saling menghargai. Mereka mempercayai saya sebagai ketua, untuk membagi peran," pungkasnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I...

Menunggu Langkah Progres Timur Pradopo

Oleh Dedy Hutajulu “Congratulation pak Timur Pradopo. Semoga sukses menakhodai kepolisisan di negeri ini, segala harapan kami dipundakmu sang Jenderal. Kami (rakyat) kini menanti kepemimpinanmu”. Demikianlah gema harap dan ucapan selamat masih terus mengalir dari hati-ke-hati, meski proses terpilihnya bapak Timur sebagai Kapolri baru sarat dengan kontroversi. Namun, meski demikian (sarat kontroversi), siapapun yang terpilih berhak mendapat kesempatan itu. Timur Pradopo sudah dilantik menjadi Kapolri baru. Begitu beliau menanggalkan jubah lamanya, dan telah mengenakan jubah barunya, maka segala harapan rakyat terkait tugasnya, melekat dalam jubah baru yang dikenakannya saat ini. Seiring dengan itu, segala restu, doa, harap senantiasa menyertai hari-hari kapolri baru kita ini. Sederet Tugas Kapolri Dengan terpilihnya Timur sebagai kapolri bukan berarti semua masalah lantas berakhir, seperti riak kontroversinya yang kini tinggal sayup-sayup. Sederet panjang nan berat tugas untuk k...