Tiada alasan untuk bodoh. Slogan "orang miskin dilarang sekolah" sudah saatnya dihela. Akses terhadap ilmu terbuka lebar. Siapa pun--khususnya orang kota, bisa cerdas dengan aneka bacaan. Banyak bacaan tersedia di toko buku. Hanya perlu kemauan untuk menyambanginya. KAlau terlalu sibuk dengan tugas kuliah atau pekerjaan, luangkanlah saat-saat akhir pekan. Seperti kebiasaanku dan adikku Ervan.
Satu-satunya cara yang kami gunakan untuk mengisi perayaan dirgahayu ke-68 RI adalah bersembunyi di balik-balik buku di Toko Buku Gramedia, jalan Gajah Mada, Medan. Setelah menerobos banyak kemacetan dari Pancing ke Gramed, akhirnya kami puaskan membaca sampai toko ini tutup.
![]() |
Ervan menyempatkan melumat isi buku dengan matanya |
bagiku sendiri, banyaknya bacaan di sini bikin kepala pusing memilih buku apa. Semuanya ada bagusnya. Tapi aku lebih tertarik membaca novel. sedang Ervan menyukai tokoh-tokoh selebritas Dunia. Diraihnyalah satu buku yang mengulas misteri kematian Michael Jackson.
Sedang aku asyik menikmati puisi-puisi.
Ketika puisi-pusi itu menjalari otakku, aku merasakan kekebasanku. Aku merasa terbang. KAta-kata itu mengangkasa membawaku sampai ke langit. Jauh lebih tinggi. Sampai-sampai aku kembangkan tanganku. Untung Missi, Leybert dan Jelita dan Mikha, segera mengajak pulang. Aku akhirnya sadar, kalau kakaiku masih menjejak lantai gramedia.
Sedang aku asyik menikmati puisi-puisi.
![]() |
bebas |
Ketika puisi-pusi itu menjalari otakku, aku merasakan kekebasanku. Aku merasa terbang. KAta-kata itu mengangkasa membawaku sampai ke langit. Jauh lebih tinggi. Sampai-sampai aku kembangkan tanganku. Untung Missi, Leybert dan Jelita dan Mikha, segera mengajak pulang. Aku akhirnya sadar, kalau kakaiku masih menjejak lantai gramedia.
O,,,pengalaman yang indah. Larut dalam puisi. Terbang dan tenggelam. Melayang tapi kaki tertancap. Dan aku pulang dnegan imajinasi baru pada nikmatnya sastra puisi. Begitulah caraku mengisi kemerdekaan. Larut dalam puisi
Komentar