Sebanyak empat siswa SD Pelita Mutiara Parulian 5 Simalingkar memukau peserta Seminar Literasi, melalui presentasinya, yang digelar di aula Yayasan Parulian, Medan Kota, Selasa (26/9). Mereka terampil mencari dan mengelola informasi tentang isu pemanasan jagat yang dikontekstualkan dalam pembelajaran IPA di kelas.
Dengan memahami persoalan dan dampak nyata pemanasan global, anak-anak ini meriset di internet dan menggunakan sejumlah referensi untuk mencari pemicu pemanasan tersebut. Kemudian dengan mengetahui akar masalahnya, mereka mencarikan solusi. Salah satunya, dengan menanam pohon. "Mencangkok salah satu cara mempercepat memperbanyak tanaman. Dengan mencangkok tanaman, kita bisa mencegah pemanasan global. Dan hasil mencangkok, secara ekonomi manfaatnya bisa dirasakan masyarakat," kata Adelia Sinaga salah satu siswi SD yang presentasi itu.
Presentasi Adelina selaras dengan laporan Badan Meteorologi Dunia yang menyebut suhu permukaan bumi terus memanas. Dibandingkan tahun 1960an, kenaikan suhu bumi meningkat hampir satu derajat celsius. Jika laju pemanasan global ini tidak ditekan, kehidupan manusia dan mahluk lainnya akan terancam.
Koordinator Literasi Yayasan Pendidikan Parulian Poster Manalu mengatakan, anak-anak didik mereka tampil presentasi dengan penuh percaya diri dan mampu mengelola informasi dengan baik karena didikan sekolah yang selama ini sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Poster menjelaskan tiga tahap GLS di sekolahnya yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Pembiasaan meliputi membiasakan anak membaca buku non pembelajaran selama 15 sebelum pembelajaran dimulai, menyediakan pojok baca di dalam kelas dan di teras, menggelar tamasya perpustakaan dan memasang poster-poster kampanye membaca.
Sedangkan pengembangan meliputi program cipta puisi, penulisan resume buku, menolak plagiasi, inovasi karya, mempresentasikan hasil resumenya, memilih duta baca dan membuka loket donasi buku. "Untuk pembelajaran di kelas, diupayakan didesain agar siswa menerapkan model 5M yakni mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan," terang Poster.
Sekretaris Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (Formalsu) Agus Marwan mengatakan, literasi penting untuk membangun kecerdasan anak. Memang literasi kita masih pada seputar budaya membaca, belum ke level menulis dan budaya kontekstual. Formalsu berupaya mengajak semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, perusahaan agar bahu-membahu membangun literasi bangsa kita. Sebab, gerakan ini tidak bisa bergerak sendiri-sendiri tetapi harus secara bersama-sama. "Kami mendorong semua daerah membangun forum-forum masyarakat literasi. Paling tidak menyamakan persepsi bersama. Menyatukan gerak bersama. Sehingga Sumut sebagai Provinsi literasi bukan hanya jargon tapi aksi nyata " beber Agus.
Kepala Dinas Pendidikan Serdang Bedagai Joni Walker Manik mengatakan, gerakan literasi akan berjalan jika ada dukungan kebijakan, kelembagaan dan kekompakan. Karena itu, dukungan dan komitmen dari kepala daerah menjadi keniscayaan. Literasi tidak boleh hanya slogan tetapi harus aksi nyata. "Kami bangga punya Bupati seperti Pak Soekirman yang komitmen membangun pendidikan. Ia senang dan serius memajukan gerakan literasi. Gerakan literasi kuncinya hanya tiga, yaitu komitmen, semangat dan perhatian kepala daerah," pungkas Joni Walker Manik. (*)
Dengan memahami persoalan dan dampak nyata pemanasan global, anak-anak ini meriset di internet dan menggunakan sejumlah referensi untuk mencari pemicu pemanasan tersebut. Kemudian dengan mengetahui akar masalahnya, mereka mencarikan solusi. Salah satunya, dengan menanam pohon. "Mencangkok salah satu cara mempercepat memperbanyak tanaman. Dengan mencangkok tanaman, kita bisa mencegah pemanasan global. Dan hasil mencangkok, secara ekonomi manfaatnya bisa dirasakan masyarakat," kata Adelia Sinaga salah satu siswi SD yang presentasi itu.
Presentasi Adelina selaras dengan laporan Badan Meteorologi Dunia yang menyebut suhu permukaan bumi terus memanas. Dibandingkan tahun 1960an, kenaikan suhu bumi meningkat hampir satu derajat celsius. Jika laju pemanasan global ini tidak ditekan, kehidupan manusia dan mahluk lainnya akan terancam.
Koordinator Literasi Yayasan Pendidikan Parulian Poster Manalu mengatakan, anak-anak didik mereka tampil presentasi dengan penuh percaya diri dan mampu mengelola informasi dengan baik karena didikan sekolah yang selama ini sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Poster menjelaskan tiga tahap GLS di sekolahnya yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Pembiasaan meliputi membiasakan anak membaca buku non pembelajaran selama 15 sebelum pembelajaran dimulai, menyediakan pojok baca di dalam kelas dan di teras, menggelar tamasya perpustakaan dan memasang poster-poster kampanye membaca.
Sedangkan pengembangan meliputi program cipta puisi, penulisan resume buku, menolak plagiasi, inovasi karya, mempresentasikan hasil resumenya, memilih duta baca dan membuka loket donasi buku. "Untuk pembelajaran di kelas, diupayakan didesain agar siswa menerapkan model 5M yakni mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan," terang Poster.
Sekretaris Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (Formalsu) Agus Marwan mengatakan, literasi penting untuk membangun kecerdasan anak. Memang literasi kita masih pada seputar budaya membaca, belum ke level menulis dan budaya kontekstual. Formalsu berupaya mengajak semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, perusahaan agar bahu-membahu membangun literasi bangsa kita. Sebab, gerakan ini tidak bisa bergerak sendiri-sendiri tetapi harus secara bersama-sama. "Kami mendorong semua daerah membangun forum-forum masyarakat literasi. Paling tidak menyamakan persepsi bersama. Menyatukan gerak bersama. Sehingga Sumut sebagai Provinsi literasi bukan hanya jargon tapi aksi nyata " beber Agus.
Kepala Dinas Pendidikan Serdang Bedagai Joni Walker Manik mengatakan, gerakan literasi akan berjalan jika ada dukungan kebijakan, kelembagaan dan kekompakan. Karena itu, dukungan dan komitmen dari kepala daerah menjadi keniscayaan. Literasi tidak boleh hanya slogan tetapi harus aksi nyata. "Kami bangga punya Bupati seperti Pak Soekirman yang komitmen membangun pendidikan. Ia senang dan serius memajukan gerakan literasi. Gerakan literasi kuncinya hanya tiga, yaitu komitmen, semangat dan perhatian kepala daerah," pungkas Joni Walker Manik. (*)
Komentar