Langsung ke konten utama

Membuat Kerangka Tulisan


Amat perlu kita tahu bagaimana membuat kerangka tulisan untuk menolong kita membatasi apa yang hendak ditulis. Outline memudahkan kita untuk menentukan maksud dan arah tulisan. Dengan adanya kerangka, kita jadi mudah mengontrol alur berpikir tulisan kita seperti maksud tulisan yang kita harapkan sejak awal. Bahkan, kita juga akan terlatih membuat efektivitas kalimat.

Membuat kerangka tulisan sama artinya dengan menentukan apa saja topik yang akan kita bahas. Jadi semacam tahapan pembahasan. Harapannya, orang yang baca jadi mudah paham dengan apa yang kita maksud dalam tulisan kita buat. Jelas alurnya.
Perlu diketahui bahwa setiap tulisan lahir dari sebuah ide utama yang kemudian dikembangkan menjadi ide-ide kecil yang disebut dengan pokok-pokok pikiran. Artinya, setiap tulisan laiknya mengandung satu maksud utama. Kalaupun ada ide-ide lain, ide-ide tersebut hanyalah ide penunjang bagi ide utama agar kuat kuasa tulisan semakin tertancam dalam-dalam dibenak pembaca.
Jadi, dari satu ide utama dalam sebuah tulisan dapat diurai menjadi beberapa ide yang lebih kecil. Ide-ide kecil inilah yang digagas dan dikembangkan menjadi alinea demi alinea yang membentuk satu kesatuan pikiran yang utuh. Antar satu paragraph dengan paragraph lain harus ada jembatan penghubung agar ide menyatu (alurnya nyambung).
Bagaimana membuat kerangka tulisan? Berikut contohnya.

Ide Utama: Harga Sebuah Impian (Cita-Cita)
PEMBUKA
Mewujudkan impian itu tidak gampang alinea 1
mewujudkan sebuah impian butuh proses panjang alinea 2

ISI berupa pembahasan/kajian-kajian/hasil interpretase
Inilah tantangan kita sepanjang zaman.- alinea 3
Kesabaran, tak lepas dari kekonsistenan.- alinea seterusnya
Konsisten pada apa yang telah kita tetapkan benar dan terbaik mengantar kita untuk berani keluar dari standarisasi masyarakat alinea penerusnya.

Syarat –syarat mewujudkan impian: kerja keras dan siap bayar harga
Bagi kebanyakan orang, kesabaran dan kerja keras adalah hal yang amat sulit untuk dilakukanalinea berikutnya
Ide menciptakan kehidupan dianggap konyol. Maka tak jarang, karena sebuah ide, kitapun akan ditertawakan, dipandang remeh orang lain.-- alinea selanjutnya
Syarat kedua untuk mewujudkan impian kita adalah siap bayar harga. - alinea selanjutnya.
Berproses mewujudkan sebuah impian, selalu ada harganya.- alinea berikutnya
Penutup
Untuk mewujudkan sebuah impian, kita butuh kesabaran, kemauan berproses dan siap bayar harga



Harga Sebuah Impian - JUDUL TULISAN

Oleh : Dedy Hutajulu
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa mewujudkan impian itu tidak gampang. Walaupun tidak harus selalu semua hal dibuat susah. TERAS TULISAN
Tapi umumnya, untuk mewujudkan sebuah impian butuh proses panjang, berliku, harus melewati kerikil-kerikil tajam, terjal dan harus membiasakan diri bersahabat dengan ketidakpastian. Mereka yang sudah mengecap nikmatnya hasil keringat terbaiknya, selalu mengatakan bahwa mewujudkan impian harus penuh kesabaran dan siap berproses.-TERAS TULISAN
Inilah tantangan kita sepanjang zaman. Bagi yang sering mempelajari kisah-kisah tokoh, tentunya paham betul makna kesabaran. Salah satu contoh buku yang menceritakan kesabaran adalah buku karangan Kick Andy (dalam buku 7 Heroes). Bagi saya, Kesaksian hidup Wanhar Oemar dan ’Suster Apung’ sungguh menginspirasi tentang kesabaran. Saya menyimpulkan dalam pekerjaan apapun, kesabaran sangat diperlukan.
Cerita lain yang tak kalah seru adalah novel Frankenstein karangan Mary Shelley. Dalam buku ini dikisahkan tentang seorang pemuda dari Jenewa, Swiss, namanya Victor Frankenstein. Dia bertumbuh dan menjadi mahasiswa di kampus Ingoldstadt, Italia. Sejak hari pertama kuliah, dia menyukai kimia. Mr Waldman adalah guru favoritnya.
Kecintaannya pada kimia menginspirasinya untuk mencari tahu darimana datangnya kehidupan. Karena impiannya itu, ia rela melakukan penelitian di laboratorium setiap saat. Kadang ia tinggal semalaman di sana sampai bintang-bintang menghilang dari langit. Ia membaca buku-buku, memahami banyak hal dan melakukan percobaan sebanyak mungkin. Ia ingin menciptakan kehidupan. Karena terlena dengan impiannya itu, selama dua tahun ia bekerja keras, sampai-sampai lupa berinteraksi dengan keluarganya dan tidak pernah pulang kampung.
Ia pun terus bekerja. Hari-hari dilaluinya di dalam laboratorium, berteman dengan peralatan lab dan bau obat-obatan khas sebuah laboratorium, bersahabat dengan kesepian. Namun, sungguh mengharukan ketika ia harus terus bekerja meski sudah kelelahan, dan matanya sudah terasa berat tetapi semangat kerja kerasnya tak mengendur hingga iapun jatuh sakit.
Bagi kebanyakan orang, kesabaran dan kerja keras adalah hal yang amat sulit untuk dilakukan. Tidak begitu dengan Frankenstein. Ia tidak menyerah. Perjuangannya mewujudkan impiannya sungguh luar biasa. Sekalipun, tak jarang rasa frustrasi menghampiri saat menghadapi jalan buntu dan tiada kawan yang membantu. Mungkin yang paling mengerikan adalah saat ia merasa bahwa orang lainpun menganggapnya aneh, seperti alien, termarjinalkan dan tidak dimengerti masyarakat. ia dianggap sampah, kesepian, terpuruk, apalagi ketika hasil kerja kerasnya itu belum menampakkan titik terangnya sama sekali.
Ide menciptakan kehidupan dianggap konyol. Maka tak jarang, karena sebuah ide, kitapun akan ditertawakan, dipandang remeh orang lain. Dan untuk memperjuang impian itu, kita harus mengorbankan banyak hal dalam hidup kita, mulai dari masa-masa muda, materi, energi dan waktu bersantai kita. Seperti membaca sebagai sebuah investasi, berpikir sebagai latihan, menulis sebagai sarana menata pemikiran dan doa sebagai media pengharapan yang menguatkan jiwa dan memuaskan kerohanian kita.
Singkat cerita, pada akhirnya Victor Frankenstein berhasil mewujudkan impiannya, menciptakan kehidupan (meskipun cerita akhirnya berakhir buruk karena tercipta sasuatu yang disebut ’monster’). Tetapi, belajar kesabaran dari novel ini tentu tidak ada salahnya, justru banyak hikmahnya.
Kesabaran, tak lepas dari kekonsistenan. Tidak plin-plan, tidak terbawa arus sekalipun segala sesuatu yang ditawarkan oleh lingkungan sangat menggiurkan atau menjanjikan. Kekonsistenan menuntut keberanian mengambil resiko. Karena, barangkali sesuatu yang berharga, yang menurut kita adalah segala-galanya, namun bagi orang lain itu tidak ada apa-apanya dan segala sesuatu yang menurut orang lain adalah segala-galanya, belum tentu segala-galanya bagi kita.
Di sinilah terjadi rentang yang jauh antara keinginan kita dengan kehendak orang lain, kemauan kita dan kemauan orang lain yang tak mungkin bisa dirasionalkan. Maka ketika sebuah keputusan telah diambil, maka kita harus siap menanggung segala resikonya. Sebab keputusan yang telah kita ambil itu sifatnya mengikat. Di sinilah kesabaran menjadi pertaruhan.
Konsisten pada apa yang telah kita tetapkan benar dan terbaik mengantar kita untuk berani keluar dari standarisasi masyarakat (yang bagi kebanyakan orang dianggap bukan kelaziman). Karena untuk mendapatkan yang terbaik butuh kerja keras dan cucuran keringat kesungguhan. Pahami bahwa apa yang terbaik hanya dapat diperoleh dengan kerja keras (smart) dan kreativitas orisinal. Dalam keadaan menghasilkan kreativitas, setiap orang butuh pasokan motivasi dan inspirasi yang luar biasa untuk bisa terus berproses dalam mewujudkan impiannya.
Berproses
Syarat kedua untuk mewujudkan impian kita adalah siap bayar harga. Karena impian itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kita, maka apapun ceritanya mewujudkannya butuh proses yang siap menghadapi berbagai kekecewaan. Untuk bisa berdiri di atas bukit tanpa ada cacat, tentulah butuh pendakian yang telaten, gigih dan memiliki semangat menaklukkan alam. Ketiga sifat diatas hanya bisa diperoleh dari kemauan dan kesiapan berproses dalam hidup. Dalam banyak hal, kita harus membiasakan diri akrab dengan rasa sakit karena kekecewaan yang menyayat sebagai latihan jiwani dan sakit fisik sebagai latihan badani. Karena mewujudkan impian membutuhkan keberanian "membayar harga".
Berproses mewujudkan sebuah impian, selalu ada harganya. Maka izinkanlah proses itu membentuk kita secara alami. Proses adalah bagian kehidupan yang amat berarti sekalipun kadang menyakitkan. Sebab siapa berani bertaruh bahwa gagal itu tak ada artinya, bila ia menjalani segala sesuatu dengan berproses? Siapa berani menjawab bahwa keberhasilan jauh lebih baik dari kegagalan, jika itu dilakukan dalam sebuah proses hidup mewujudkan impian?
Belajar dari kisah Franskenstein diatas, untuk mewujudkan sebuah impian, kita butuh kesabaran, kemauan berproses dan siap bayar harga, meskipun lingkungan sekitar kita memandang sebelah mata impian dan cara kita meraih impian tersebut. Bukan hanya orang lain, teman dekat kita barang kali, keluarga, bahkan orang tua kita sendiri. Bahkan, sangat mungkin impian kita tidak ada harganya dimata mereka. Sekalipun, lingkungan tidak mendukung kita, keterbatasan sarana dan prasarana kerap menjadi penghalang, namun jangan sampai kita melepas impian kita itu. Yakinkan hati kita, suatu saat kelak, semua proses itu akan terbayar, dan jerih payah kita tidaklah sia-sia. Selamat mengejar impian, Tuhan memberkati.***-PENUTUP TULISAN

Contoh lainnya:
Ide Utama : Krisis air di Medan gara-gara kinerja buruk PDAM Tirtanadi
Kerangka Tulisan:
PEMBUKA
Krisis air di Medan mulai mengancam kehidupan warga.  alinea 1
Krisis air saat ini menyumbang dampak mengerikan terhadap kualitas hidup ribuan orang warga Medan yang terjebak dalam dua kenyataan: kelangkaan dan pencemaran air.  alinea 2

PEMBAHASAN
Pelanggan PDAM Tirtanadi di kota Medan menjadi pihak paling kecewa.  alinea selanjutnya
Akibat kinerja yang amburadul, jajaran direksi PDAM Tirtanadi ditengarai telah mengorbankan masyarakat dengan masalah baru.  alinea selanjutnya
ini bukan sekedar air tersedia atau tidak, tetapi menyangkut tanggung jawab menjaga air dan mempertahankan kualitas hidup masyarakat.alinea berikutnya
air menyangkut hak azasi manusia (warga Medan)  alinea selanjutnya
Sebagai hak azasi, masalah kelangkaan air ini tak seharusnya ada.  alinea berikutnya
Kelangkaan air ini timbul karena selama ini air telah diprivatisasi.  alinea berikutnya
Kembalikan air pada fungsi awalnya sebagai hak azasi manusia, yang ketersediaannya tak boleh langka dan alirannya tak boleh tersendat.  alinea selanjutnya
PDAM Tirtanadi harus bisa menjamin ketersediaan air yang cukup dan aksesnya lancar sampai ke kran-kran di rumah-rumah warga. Itulah arti tanggung jawab.  alinea selanjutnya
Pihak PLN juga ikut berkontribusi memelekkan energi listrik.  alinea selanjutnya
Pihak PDAM Tirtanadi konsistenlah dalam bekerja.  alinea selanjutnya

PENUTUP
Bukan hanya pihak tirtanadi, tetapi kita semua juga ikut bertanggung jawab.  alinea penutup


PDAM Tirtanadi dan Krisis Air di Medan
Oleh : Dedy Hutajulu

Krisis air di Medan mulai mengancam kehidupan warga. Krisis air ini sudah genting dan tidak boleh diremehkan lagi. Maka, diperlukan usaha besar untuk menangani masalah ini agar jangan sampai terjadi konflik yang berkepanjangan.
Krisis air saat ini menyumbang dampak mengerikan terhadap kualitas hidup ribuan orang warga Medan yang terjebak dalam dua kenyataan: kelangkaan dan pencemaran air. Tak pelak, sejak maret 2011, suara-suara keluhan soal air mencuat deras ke permukaan.
Tentu, pelanggan PDAM Tirtanadi di sejumlah kecamatan kota Medan menjadi pihak paling kecewa. Banyak aktivitas sehari-hari terganggu, dan beberapa orang harus mengubah kebiasaan hidup. Tapi, siapa yang tak merasa gondok jika semingguan, bahkan lebih, air tersendat?
Kekecewaan itu dirasakan sekali ketika warga kawasan Griya Martubung Medan Labuhan resah karena aliran air tersendat(9/11), warga Simalingkar (20/11), warga penghuni daerah jalan Monginsidi (2/4), warga Bandar Selamat. Mereka semua menuturkan bahwa pasokan air benar-benar mati total dari pagi hingga menjelang tengah malam selama seminggu(12/4).
Tak sampai di situ, kejadian kran ‘kering’ juga dialami oleh warga kampung Lalang (15/11). Bahkan, kejadian serupa sudah berlangsung selama 4 tahun. Belum lagi listrik yang juga sering padam. Warga jalan Langgar lorong Damai IV kecamatan Medan Area juga bernasib sama. Tiga minggu aliran air terganggu (JurnalMedan, 5/5). data pendukung penguatan tulisan
Tapi, siapa sangka, gara-gara setitik air rusak persekutuan satu keluarga? Kacau satu kantor?
Akibat kinerja yang amburadul, jajaran direksi PDAM Tirtanadi ditengarai telah mengorbankan masyarakat dengan masalah baru. Kebiasaan menunda-nunda kerja di jajaran direksi PDAM Tirtanadi dituding sebagai faktor lain penyebab aliran air tersendat. Petugas seharusnya memeriksa secara berkala pipa-pipa air. Jika ada yang bermasalah seperti pipa yang sudah lapuk, ketuaan, karatan atau mungkin ada yang bocor atau tersumbat yang harus diperbaiki.
Jadi, masalah ini bukan sekedar air tersedia atau tidak, tetapi menyangkut tanggung jawab menjaga air dan mempertahankan kualitas hidup masyarakat. interpretase atas masalah
Sebab , air menyangkut hak azasi warga Medan. Ia seperti darah yang mengalir di dalam nadi. Ia tak boleh terhenti. Jika ia terhenti, nyawa bisa terbang. Jika ia tersumbat bisa berakibat fatal. Begitulah air bersih seyogianya harus dijaga agar tetap tersedia dan berkualitas.
Sebagai hak azasi, masalah kelangkaan air ini tak seharusnya ada. Sebab, jajaran direksi PDAM Tirtanadi punya kapasitas dan tanggung jawab besar untuk menangani air. Tapi, agenda mereka jelas: air diperlakukan sama seperti barang dagangan lainnya. Sehingga penggunaan dan distribusinya ditentukan dengan prinsip-prinsip mencari keuntungan.
Boleh dibilang, kelangkaan air ini timbul karena selama ini air telah diprivatisasi. Tak jelas apa peran pemerintah dalam penjualan air bersih. Pun keterlibatan masyarakat dalam diskusi ketersediaan air sangat tak kelihatan. Padahal, siapapun bertanggung jawab menjaga darah kehidupan alam ini.
Selama air masih diprivatisasi, maka masalah terkait air akan terus menjadi diskusi yang tak berkesudahan. Oeh sebab itu, mari kita kembalikan air pada fungsi awalnya sebagai hak azasi manusia, yang ketersediaannya tak boleh langka dan alirannya tak boleh tersendat.
Maka pada momentum ini, jajaran direksi PDAM Tirtanadi harus bisa mengambil pelajaran penting. Ke depan, PDAM Tirtanadi harus bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Menjamin ketersediaan air yang cukup dan aksesnya lancar sampai ke kran-kran di rumah-rumah warga. Itulah arti tanggung jawab.
Pihak PLN juga ikut berkontribusi memelekkan energi listrik. Bukan tidak mungkin akibat pemadaman listrik selama ini turut menyumbang kerusakan pada pipa-pipa air. Saat listirk padam dan air tak 100 persen bersih, beberapa saat akan menimbulkan endapan di pipa. Lama kelamaan endapan itu bisa menghasilkan karat. Dan karat-karat itu akan dengan senang hati merobek-robek ‘usus’ PDAM itu. Pihak PLN bertanggung jawab penuh atas suplai energi listirk.
Sekali lagi, pihak PDAM Tirtanadi konsistenlah dalam bekerja. Bekerja sepenuh hati memberi pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Dengan hati lapang segeralah menyelesaikan kelanggaan air dengan militan.
Bukan hanya pihak Tirtanadi, tetapi kita semua juga ikut bertanggung jawab. Ingat, pembela air terbaik adalah masyarakat lokal, bukan swasta, teknologi yang mahal, bahkan pemerintah. Oleh sebab itu, marilah kita semua, warga Medan ikut bertanggung jawab menjaga air tetap tersedia dan terjaga. Di rumah, kita bisa berhemat air.


Contoh 3
Ide Utama: tak sudi dipimpin parbada

Kerangka tulisan
Alinea 1: Defenisi Parbada
Alinea 2: Parbada dan kaitannya dengan kicauan nazaruddin
Alinea 3: Kicauan Nazar tak berarti apa-apa bila kita tak menceburkan diri pada berita politik.
Alinea 4: Sebagai orang timur yang peduli pada bangsa kita merepon isu soal nazar.
Alinea 5: Tabiat Parbada senang melempar isu, menabur kontroversi, mengumbar janji, saling menyerang dengan makian dengan satu harapan: menumbangkan lawan
Alinea 6: Si Nazar boleh saja dibilang: Parbada kelas kakap.
Alinea 7: Ada banyak Parbada di nusantara negeri ini.
Alinea 8: Coba bayangkan, gara-gara ‘nyanyian’ parbada Indonesia tercemar di mata dunia, kebersihan KPK diuji, partai Demokrat kebakaran jenggot
Alinea 9: hamburan uang negara yang disebut-sebut bernilai ratusan trilyun rupiah terkait kasus nazar bukan menjadi kabar gembira bagi 4.800.000 jiwa anak-anak terlantar.
Alinea 10: Nazar dengan Marzuki Alie sama sama Parbada.
Alinea 11: Bukti kalau marzuki ali juga parbada
Alinea 12: Mungkin saja ada banyak nazar-nazar lain juga Marzuki Alie-marzuki Alie negeri ini.
Alinea penutup: Bangsa ini hanya layak dipimpin dengan orang-orang pilihan.


P-A-R-B-A-D-A
Oleh : Dedy Hutajulu


Dalam bahasa Batak, disebut Parbada bila seseorang itu amat cerewet, pemurka, dan suka bertengkar dengan kadar kecerewetan dan pertengkarannya di luar batas, sampai-sampai hanya gara-gara hal kecil nan sepele meledak perang mulut yang disulut dendam kesumat. Dan tak jarang pertengkaran itu biasanya dilandasi motivasi-motivasi tidak benar seperti perebutan kekuasaan.
Ironisnya, pertengkaran itu justru harus mengorbankan kesenangan orang banyak dan kerap menyita waktu, pikiran, perhatian, dan mengusik nurani orang-orang tak dekat. Sedang orang-orang yang berdiri diluar garis pada awalnya sesungguhnya tidak ada niat sama sekali untuk mencampuri yang bukan urusannya. Namun siapa tak akan bergeming bila nuraninya sudah terusik?
Kicauan M. Nazar memang tak berarti apa apa bila kita tak menceburkan diri pada berita politik. Toh, ada segudang pekerjaan lain yang bisa mengalihkan perhatian. Misalnya, rutinitas harian, urusan rumah tangga, masalah kantor, tugas-tugas kuliah, menonton sepak bola antar kampung, mengajari si kecil mewarnai gambar, menyapu halaman, dll, yang semuanya itu jauh lebih menyenangkan dari pada larut pada kasus Nazar.
Dengan mematikan tv atau radio, menutup koran, mengganti bahan diskusi barang kali perhatian kita bisa terfokus pada hal-hal yang jauh lebih berharga. Tapi, sebagai orang timur yang menghargai budaya dan peduli pada bangsa, meski kita tak tahu siapa yang benar siapa yang salah, omongan siapa yang patut dipercayai dan siapa yang harus dicurigai, kitapun merelakan diri merespon berita moral rendahan itu sembari mengusap dada. Respon kita paling tidak dengan berkomentar positif dan kalau boleh jangan sampai memaki-maki.
Sebab sudah tabiat Parbada senang melempar isu, menabur kontroversi, mengumbar janji, saling menyerang dengan makian dengan satu harapan: menumbangkan lawan dan semua pihak yang dianggap berpotensi menjadi ancaman meski harus menjadi bulan-bulanan masyarakat. Akibatnya, tak jarang pertengkaran itu merembas kemana-mana, menggelinding bagai bola menyeret sejumlah nama serupa nyanyian ‘nazar’.
Si Nazar boleh saja dibilang: Parbada kelas kakap. Cermati kicauannya di media maka borok partai Penguasa menguap bagai ‘tahi sapi’ dijerang matahari. Tak tanggung-tanggung, ia menyebut-nyebut nama kawan-kawan seperjuangannya, Angelina Sondakh, Nirwan Amir dan Anas ketua PD beserta uang negara yang dikongkalikong. Bahkan, di TvOne pernah pula diwawancarai sopirnya soal uang dan mobil box serta hotel tempat persinggahan sebagai bagian dari skenario aliran uang dari tangan gaib satu ke tangan gaib lain.
Ada banyak Parbada di nusantara negeri ini. Mereka tentu saja elit politik yang doyan bicara seenak perutnya persis seperti kodok berpesta pora di kala bumi diguyur hujan tanpa peduli nasib rakyat. Hebatnya para Parbada ini, mereka piawai mengguncang stabilitas politik dengan taktik inflasi omongan yang dilakukan secara profesional. Alhasil, keahlian mengumbar kontroversi seperti ini dijamin ampuh membuat pemerintah gonjang-ganjing.
Coba bayangkan, gara-gara ‘nyanyian’ satu politikus saja, bangsa sebesar Indonesia yang dibingkai dari Sabang sampai Merauke tercemar di mata bangsa-bangsa lain. Apa pasal? Omongan yang kebenarannya diragukan itu telah mengunggap ketakberdayaan pemerintah menyelesaikan kasus korupsi. Semburan omongan nazar juga telah membuat partai penguasa seperti kambing kebakaran jenggot. Bahkan, lembaga anti korupsi pun mulai terusik.
Tak bisa dipungkiri bila beberapa personil KPK seperti nama Ade Raharja, M Yasin, bahkan Busyro kelak akan diperiksa gara-gara omongan Nazar. Sosok-sosok yang selama ini dimata kita jadi panutan kini secara perlahan kepercayaan itu mulai menguap seiring kinerja KPK yang kian stagnan.
Tak sampai di situ, hamburan uang negara bernilai ratusan trilyun rupiah yang tiap hari beritanya diputar-ulang di tv terkait kasus nazar bukan menjadi kabar gembira bagi 4.800.000 jiwa anak-anak terlantar. Meski negara menyelimuti mereka dengan pasal 34 UUD 1945 tapi kenyataannya bumi tetap saja dingin. Hamburan uang itu semakin mempertegas betapa tak berpihaknya negara bagi mereka. Jumlah uang yang besar yang dikorupsi sebesar gajah bengkak itu semakin menebalkan rasa kecewa di rongga dada mereka, anak-anak jalanan yang sekarat, terabai,dan terpinggirkan.
Untung saja, anak-anak yang diterlantarkan negara ini memaklumkan berat kerja pemerintah. Jadi, mereka tak menuntut hak ini dan hak itu. Justru, selarik doa yang tulus mereka menaikkan membubung menembus segala langit: doa untuk presiden dan pemerintah supaya tetap sehat sehingga bisa bekerja memutar roda pemerintahan dengan harapan kelak akan menolong nasib mereka.
Nazar dengan Marzuki Alie setali tiga duit: sama sama Parbada. Dengan mengatasnamakan demokrasi, Marzuki kerap berkata sembrono. Ia bahkan menjadi top skor tokoh paling kontroversi dengan mengoleksi tujuh pernyataan kontroversial sejak ia dilantik Oktober 2009. Pernyataan kontroversi itu antara lain: Pernah ia mengatakan bahwa “salah korban Tsunami Mentawai sendiri, kenapa mereka tak mau mengungsi ke daerah lain, sehingga mereka terkena Tsunami Mentawai”.
Ia juga pernah bilang bahwa salah TKI jika mereka tersiksa karena itu akibat kebodohannya (TKI). Begitulah komentar yang tanpa rasa keadilan itu meluncur bebas dari tenggorokan Marzuki Alie. Dan makin menjadi-jadilah ketua DPR kita itu. Soal pembangunan gedung mewah baru DPR, serta fenomena ulat bulu di Jawa, komentarnya amat sembrono.
Kali ini, politikus PD tersebut melontarkan gagasan pengampunan bagi koruptor sekaligus juga mengumbar opini bahwa “kalau KPK tidak lagi bersih buat apa dipertahankan, lebih baik dibubarkan saja” hanya lantaran beberapa komisioner KPK menjadi tertuding karena meyelewengkan wewenang.
Tak pelak, wacana pembubaran KPK menjadi ramai dibicarakan orang di tengah isu besar penyelamatan bangsa dari korupsi. Aneh, bukannya memberi penguatan dengan memberi semangat kebangsaan bagi KPK, ketua wakil rakyat ini malah menjatuhkan harapan rakyat dengan mewacanakan pembubaran KPK .
Ucapan-ucapan usilnya itu sangat menyakitkan hati rakyat. Benar bahwa tak ada satu rungpun di bumi Indonesia ini yang benar-benar bersih dari korupsi. Namun, dari semua lembaga penegak hukum hanya KPKlah yang dinilai paling bersih. Wajar saja bila banyak orang yang tidak sepakat dengan pandangan tersebut.
Mungkin saja ada banyak nazar-nazar lain. Dan tak menutup kemungkin jika ada banyak Marzuki Alie-marzuki Alie negeri ini. Apakah itu yang sedang bercokol di kursi pemerintahan atau yang sedang duduk santai di bangku antrean calon wakil rakyat 2014-2019 mendatang. Cermatlah kita.
Cukuplah sampai disini sakit hati kita pada sikap para pemimpin kita. Pelajaran berharga dari kasus Nazar dan pernyaataan kontroversi Marzuki Alie ini mesti kita petik. Kita tak sudi bangsa ini dipimpin oleh para Parbada. Bangsa ini hanya layak dipimpin dengan orang-orang pilihan. Pemimpin berhati mulia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P