Langsung ke konten utama

Hazare, Nazar, dan Korupsi



Oleh: Dedy Hutajulu

Aktivis antikorupsi India, Anna Hazare membalas sambutan pendukungnya di Ram Lila Grounds, New Delhi, jumat (19/8) sambil meneriakkan, “Kemenangan bagi India”. Seruan lantang itu, memicu semangat perjuangan bagi ribuan pendukung sekaligus mengobarkan kebencian yang tak terkatakan terhadap korupsi. Bisa dimaklumi, betapa tekad Hazare kian bulat untuk melanjutkan aksi mogok makannya sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang setengah hati memberantas korupsi dengan sikap yang ditunjukkan pemerintah: mentalitas mencle-mencle.
Teriakan Hazare bagi sekitar 2.600 pendukung setianya yang sedari awal harap-harap cemas menantinya keluar dari pintu penjara menandaskan bahwa rakyat harus berontak. Tidak cukup dengan menumpuk rasa muak yang menggunung di hati, tetapi perlu dengan mendesak pemerintah agar bertindak tegas dan lugas terhadap praktek-praktek korupsi. Dengan harapan, desakan itu akan membuka kelopak mata pemerintah untuk melihat penderitaan yang berlipat akibat korupsi.
Indonesia setali tiga uang. Korupsi telah merenggut masa depan rakyat, membuat pemerintahan terseok-seok, penegakan hukum limbung, marwah para pengadil terinjak-injak, dan birokrasi kian tambun. Yang jelas, pihak yang paling merasakan akibatnya tentulah rakyat jelata. Puluhan juta anak-anak harus kehilangan hak untuk bersekolah. Jutaan keluarga kehilangan kesempatan untuk sehat, serta ribuan anak muda menjadi gelandangan dan pengangguran. Sungguh tak terkira banyaknya cita-cita harus direlakan ‘menggantung’ karena ketiadaan ruang perwujudan dan kesempatan.
Hazare memberi inspirasi baru bagi India juga dunia. Aksi yang dilakukannya sederhana tapi konkrit: mogok makan. Tapi, siapa bisa menyangkal tindakan sosok sepuh (73 tahun) itu mampu membius nurani ribuan pendukungnya di India bahkan di mata dunia. Berbeda dengan sikap pemimpin kita hari ini: terkesan ‘tak mau ambil pusing’. Meski kondisi korupsi di bangsa kita sebelas dua belas dengan di negeri Mohammad Ghandi itu: kian hari kian kian membusuk.
Kita malah tak sakit hati ketika bangsa yang amat dikasihi sang Khalik ini dicap sebagai negeri para celeng, sebutan Sindhunata lantaran pemimpin-pemimpinnya tersandera korupsi. Ada pula yang menyebutnya dengan ungkapan yang lebih seram: ‘negeri kleptokrat‘ (negeri para maling), tulis beberapa koran. Apa boleh dikata pelayanan publik dimana-mana sangat memprihatinkan.
Namun, suara berita yang tiap pagi ramai mempergunjingkan korupsi tak jua mampu membuat sikap pemerintah tegas. Koruptorpun semakin beringas. Banyak pula anggota wakil rakyat kita tak bergeming ketika lembaga legislatif itu dituding bukan lagi pelayan publik tetapi sumber kejahatan. Ironisnya, setiap kali kritikan dilontarkan, pemerintah kerap menebalkan telinga.
Dan gelumbang manusia yang bersatu-padu di jejaring sosial yang menyatukan tekad menentang korupsi dianggap hanya riak-riak kecil di tengah lautan. Tiada dirasa perlu disikapi. Aktivis antikorupsi yang bergiat membumikan antikorupsi itu justru dianggap sebagai pemeran pendukung agar semakin lengkap dan sempurnalah sandiwara politik busuk itu. Maka tak digubris. Dan bila perlu ‘dipelihara’ untuk dijadikan anjik penyalak.
Oleh karena itu, kita perlu bersadar diri. Sadar bahwa hanya bangsa yang sadar akan ketertindasannya yang bisa membebaskan dirinya dari jerat penindasan. Dengan kata lain, negeri yang bebas dari korupsi itu hanya kita yang bisa rebut. Maka kita perlu bersuara meneriakkan perlawanan terhadap segala bentuk korupsi dimanapun kita berada sebagaimana yang dicontohkan Hazare. Tanggung jawab kita untuk mewujudkannya dengan segala upaya komprehensif untuk mempersempit ruang korupsi, menutup segala celah-celah yang memungkinkan tabiat buruk itu bermetamorfosis kanker ganas. Tindakan harus ada mewujud secara konkrit.
Kita bisa berpikir lebih jernih bahwa ada jutaan orang yang anti korupsi di negeri ini. Sebagai bukti, lihat saja akun fesbuk sendiri. Masing-masing kita punya ribuan teman di akun fesbuk dan twitter yang membenci korupsi. Sayang, hanya secuil yang mau turun ke jalan. Tidak banyak dari pemimpin kita yang mau bersuara lantang melawan korupsi. Jarang pula tokoh-tokoh politik, sosial maupun agama yang mau ikut berdemo terkait pemberantasan korupsi.
Padahal, begitu banyak kejanggalan penegakan hukum di negeri ini. Contohnya kasus Nazar. Banyak celah yang dimanfaatkan koruptor dan para pengadil busuk, bahkan banyak pula momentum untuk menegakkan hukum. Tapi hasil yang kita dapat selalu mengecewakan. Kenapa semua itu terjadi? Karena kita tak kukuh mendesak pemerintah.
Oleh sebab itu, mari kumpulkan kekuatan. Kita perlu miliki stamina kuat untuk terus tegar mendesak pemerintah dan mendukung KPK sekuat mungkin. Kita tak boleh berputus asa. Sebab, jalan kemenangan akan selalu ada seperti kata pepatah, dimana ada kemauan di situ ada jalan. Hazare telah membuktikannya.
Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan meminjam pesan sahabat saya, seorang ibu rumah tangga. Pesan itu dikirimkan lewat SMS ke henpon saya selagi saya asyik menyiapkan tulisan ini. Pesan itu membantu saya memaknai perjuangan Hazare mendesak pemerintah India dalam memberantas korupsi. Karena menginspirasi maka pesan itu saya pakai melengkapi tulisan ini.
Isinya begini, “Orang yang hebat tak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan ketenangan. Tapi, mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata.” Mudah-mudahan kitapun menangkap pesan moral aksi mogok makan Hazare itu. Kita berani meneriakkan hal yang serupa, “Kemenangan bagi Indonesia, kemenangan bagi Indonesia, kemenangan bagi Indonesia!” (Penulis ketua Perkamen)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I...

Menunggu Langkah Progres Timur Pradopo

Oleh Dedy Hutajulu “Congratulation pak Timur Pradopo. Semoga sukses menakhodai kepolisisan di negeri ini, segala harapan kami dipundakmu sang Jenderal. Kami (rakyat) kini menanti kepemimpinanmu”. Demikianlah gema harap dan ucapan selamat masih terus mengalir dari hati-ke-hati, meski proses terpilihnya bapak Timur sebagai Kapolri baru sarat dengan kontroversi. Namun, meski demikian (sarat kontroversi), siapapun yang terpilih berhak mendapat kesempatan itu. Timur Pradopo sudah dilantik menjadi Kapolri baru. Begitu beliau menanggalkan jubah lamanya, dan telah mengenakan jubah barunya, maka segala harapan rakyat terkait tugasnya, melekat dalam jubah baru yang dikenakannya saat ini. Seiring dengan itu, segala restu, doa, harap senantiasa menyertai hari-hari kapolri baru kita ini. Sederet Tugas Kapolri Dengan terpilihnya Timur sebagai kapolri bukan berarti semua masalah lantas berakhir, seperti riak kontroversinya yang kini tinggal sayup-sayup. Sederet panjang nan berat tugas untuk k...