Langsung ke konten utama

Literasi Juga Harus Diintegrasikan Dalam Pembelajaran

SEKOLAH memiliki peran penting dalam menumbuhkan keterampilan literasi. Semua kegiatan sekolah sebaiknya diintergrasikan kedalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). 
“Termasuk mengintegrasikan literasi kedalam pembelajaran. Karena dalam panduan yang dirilis Kemendikbud ada tiga tahapan GLS yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran,” terang Erix Hutasoit, Kooordinator Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (FORMALSU) di Medan, Selasa (08/08/2017).

Erix mengatakan pengintegrasian literasi dalam pembelajaran akan membentuk sikap dan keterampilan siswa dalam mengelola informasi. Selama proses pembelajaran, siswa menjadi terbiasa menjalankan prosedur saintifik. Dimana mereka harus mencari, memahami, mengolah, menyimpulkan dan mengkomunikasikan ulang informasi yang diperoleh.

“Literasi dapat diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Kuncinya ada pada guru. Karena itu guru harus dilatih agar mampu dan yang paling penting, harus dipraktikan setelah dilatih,” tambahnya.

 Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Pendidikan Sampoerna University Jakarta,  Nisa Felicia PhD. Menurutnya, pelatihan guru akan berdampak jika dipraktikkan di dalam kelas. “Ketika dipraktikkkan dalam pengajaran di kelas, hal ini akan mendukung siswa untuk melatih kemampuan berpikir kreatif, kritis, serta memecahkan masalah,” jelasnya.

Lebih lanjut Nisa mengatakan Sampoerna University senantiasa membekali guru mitranya agar mampu menerapkan pembelajaran aktif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan mampu mengembangkan kemampuan literasi siswa. Baru-baru ini 100 guru sekolah mitra Fakultas Pendidikan Sampoerna University dilatih oleh USAID PRIORTAS untuk mengimpelementasikan hasil pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan budaya baca.

Respon positif datang dari guru-guru yang dilatih. Salah satunya dari Nur Intan Kumalasari, guru SD Insan Cendekia Madani. Dalam praktik mengajar, Nur Intan membuat buku besar yang berjudul ‘Hidup Rukun di Sekolah’. Buku besar tersebut berisi 11 halaman yang menceritakan persahabatan dua siswa di sekolah. Setiap halamannya berisi gambar dan satu sampai dua kalimat yang relevan dengan gambar.

Intan mengajak siswanya membaca bersama dan memahami isi bacaan dengan buku besar tersebut. Penggunaan media buku besar, membuat siswa semakin antusias membaca bersama di kelas. “Dari praktik mengajar ini saya mendapatkan pengalaman cara meningkatkan kemampuan literasi siswa melalui pembelajaran. Kepercayaan diri siswa untuk membaca, menulis dan menyampaikan hasil karyanya juga meningkat,” kata Intan usai praktik mengajar.

Wakil Direktur Program USAID PRIORITAS, Feiny Sentosa, mengatakan pelatihan yang mereka desain memberikan kesempatan kepada guru untuk memahami kurikulum 2013, mengembangkan pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, melakukan penilaian autentik, menerapkan literasi lintas kurikulum dalam pembelajaran di kelas awal, IPA, dan matematika.

Kemampuan literasi yang dimaksud seperti membaca atau memahami isi bacaan, mendengarkan, menyimak, memahami apa yang diungkapkan orang lain, termasuk mengungkapkan gagasan secara lisan atau tertulis, sangat diperlukan dan sekaligus dapat dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.

“Peserta telah diberi kesempatan membuat perencanaan pembelajaran yang memuat konten pelatihan. Hari mereka menerapkannya dalam kegiatan praktik mengajar di kelas. Setelah praktik mengajar, mereka akan berefleksi bersama fasilitator untuk melihat pembelajaran yang berhasil dan yang perlu diperbaiki agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik lagi,” kata Feiny.

Mengacu pada studi “Most Littered Nation in The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia menduduki posisi yang rendah dalam hal minat membaca. Hal ini patut mendapat perhatian mengingat kebiasaan membaca merupakan salah satu modal utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir individu.

Melalui Program ini, para guru yang mendapatkan pelatihan diharapkan dapat mendiseminasi hasil pelatihan kepada lebih banyak guru lainnya, dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga memberikan manfaat dalam peningkatan kualitas belajar siswa di sekolah dan di luar sekolah. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamatkan Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka (Vukoraido) BERKACA dari keberhasilan penyelamatan Gedung Nasional Medan, kini para sejarawan, akademisi, mahasiswa, budayawan, pengamat budaya, dan dosen serta aktivis di Medan makin merapatkan barisan. Mereka sedang mengupayakan penyelamatan Lapangan Merdeka Medan dari usaha penghancuran pihak tertentu. Gerakan ini bermaksud mendorong pemerintah agar menyelamatkan Lapangan Merdeka yang kini telah kopak-kapik sehingga merusak makna sejarah yang ada tentang kota ini. Pembangunan skybridge (jembatan layang) sekaligus city cek in dan lahan parkir di sisi timur Lapangan Merdeka, menurut Hamdani Siregar, pengamat sejarah, itu adalah bagian dari upaya penghancuran sejarah. Apalagi, ketika pembangunan tersebut malah makin memunggungi satu monumen bersejarah di Medan, yakni monumen proklamasi kemerdekaan RI. “Ini momentum bagi kita untuk bangkit melawan. Bangkit menyelamatkan Lapangan Merdeka. Karena pembangunan di situ telah merusak sejarah bangsa i...

E-Vote, Tranparansi dan Kampanye Pohon

Oleh Dedy Hutajulu Meski, tingkat partisipasi warganya memilih sangat tinggi dan kepercayaan publiknya kepada AEC sebagai lembaga penyelenggara pemilu luar biasa tinggi, negeri kanguru ini sama sekali tidak menerapkan e-voting. Sebabnya, e-voting dianggap tidak aman dan rawan kejahatan. House Of Representatif Australia/Foto oleh Dedy Hutajulu UNIKNYA, lagi mereka bahkan memilih mencontreng dengan pensil. Kok bisa? “Jauh lebih hemat,” ujar Phil Diak, Direktur Pendidikan dan Komunikasi AEC (Australia Electoral Commission) . Selain didasari alasan ekonomis, sistem pemerintahan Australia yang berbentuk federal, mekanisme pemungutan suara secara elektronik (e-voting) belum dianulir di undang-undang kepemiluan mereka. Menurut Phil, butuh perubahan besar dalam undang-undang kalau mau memberlakukan sistem baru tersebut. "Sejauh ini, peraturan kami tidak ada menyatakan penggunaan e-voting. Meski JSCE, sedang meneliti tentang model e-voting," ujarnya. Joint St...

Membuat Kerangka Tulisan

Amat perlu kita tahu bagaimana membuat kerangka tulisan untuk menolong kita membatasi apa yang hendak ditulis. Outline memudahkan kita untuk menentukan maksud dan arah tulisan. Dengan adanya kerangka, kita jadi mudah mengontrol alur berpikir tulisan kita seperti maksud tulisan yang kita harapkan sejak awal. Bahkan, kita juga akan terlatih membuat efektivitas kalimat. Membuat kerangka tulisan sama artinya dengan menentukan apa saja topik yang akan kita bahas. Jadi semacam tahapan pembahasan. Harapannya, orang yang baca jadi mudah paham dengan apa yang kita maksud dalam tulisan kita buat. Jelas alurnya. Perlu diketahui bahwa setiap tulisan lahir dari sebuah ide utama yang kemudian dikembangkan menjadi ide-ide kecil yang disebut dengan pokok-pokok pikiran. Artinya, setiap tulisan laiknya mengandung satu maksud utama. Kalaupun ada ide-ide lain, ide-ide tersebut hanyalah ide penunjang bagi ide utama agar kuat kuasa tulisan semakin tertancam dalam-dalam dibenak pembaca. Jadi, dari satu ...