Langsung ke konten utama

Kellie's Castle: Cinta Yang Tak Rampung

Saya berpoto di dekat Kellis's Castle di kota Ipoh, Negeri perak, Malaysia.

BEREDAR selentingan tentang Kastil Kellie. Ada yang menyebutnya sebagai bukti cinta tak berujung. Ada juga bilang, saksi seorang warga sipil yang ingin mendongkrak status derajat sosialnya. Yang lain menuding, istana itu justru wujud kecongkakan Eropa di negeri Melaka.
Dari beberapa selentingan itu, kisah asmara yang tak berujung adalah bagian paling menarik.
Sepasang sejoli menggelar sesi pemotretan prewedding, di selasar sebuah kastil yang megah di Ipoh, Malaysia. Kastil itu berdiri di sebuah dataran yang agak tinggi. Dan, di sekelilingnya tumbuh rerumputan hijau. Sebuah sungai mengalir di halaman depan. Hawa panas begitu kentara memasuki tengah hari.

Tapi orang-orang muda terus berdatangan seakan tiada bosan-bosannya. Menaiki kastil itu, ada beberapa orang berfoto di balkon, sebagian selfie di sejumlah bilik-biliknya. Sedikitnya ada 14 bilik dengan ruang pengudaraan dan pencahayaan yang memadai.

Batu bata aprikot dipakai untuk membangun kastil ini
Kastil ini telah berumur seabad lebih, namun dari luar masih tampak perkasa, gagah dan menawan. Banyak orang memilih mengabadikan diri dalam selembar foto di sana sekadar  merasakan sensasi hidup di Eropa. Dan memang kisah kejayaan Eropa membekas di sana.

Terselip kisah kedigdayaan Kerajaan Inggris yang melakukan hegemoni setelah mereka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk persenjataan. Kemajuan pengetahuan telah membawa perubahan besar dalam inovasi, teknologi dan industrialisasi. Namun, akibat gencarnya kolonisasi tersebut telah melahirkan banyak kemiskinan di sejumlah daerah jajahan.

Tak pelak, kemiskinan memaksa banyak buruh hijrah ke negeri lain demi mencari penghidupan yang lebih layak. William Kellie Smith, salah satu pemuda berumur 20 tahun itu ikut merantau ke negeri Malaya.

Kayu cengal digunakan sebagai bahan pembuat kusen pintu dan jendela sehingga Kellie's Castle awet hingga seabad lebih
Pemuda kelahiran Dallas, Morray Firth, Skotlandia 1 Maret 1870 itu ikut rombongan Carles Alma Baker, seorang perintis jalan bagi Kolonial dari New Zealand. Bersama Alma, William dibawa dalam satu projek pembangunan jalan di Selatan Perak dan di Batu Gajah, Negeri Perak, Malaya yang ini dikenal sebagai Malaysia.

William adalah anak keturunan petani miskin. Ia anak ketiga dari  lima bersaudara. Namun ia berani merantau untuk mengadu nasib di negeri yang sama sekali tak dikenalnya. Namun, kerja keras dan kiprahnya telah menempatkannya di jalur sukses. Pada 1896 ia telah membuka firmanya sendiri. Ia kemudian dikontrak untuk pembangunan rel kereta api.

Bekerja bersama Alma Baker telah mendatangkan banyak keuntungan. Ia pun mendapatkan 200 hektar tanah di kawasan Batu Gajah. Di lahan itulah, William kemudian mengusahakan sejumlah tanaman, yakni kopi dan tanaman karet. Ia cepat-cepat meninggalkan kopi karena waktu itu, kopi Brazil menguasai pasar dunia. Lalu ia mengusahakan getah karet.

Usaha karetnya menemui kejayaan karena ketika itu permintaan sangat tinggi sebab getah karet digunakan sebagai obat pneumatik.

Ketika ia makin sukses, William bertemu Agnes, seorang dara cantik putri keturunan Peladang Kapas yang kaya-raya. William jatuh hati kepada Agnes. Lalu mereka membangun mahligai rumah tangga. Sebagai seorang suami, William pun membangun bunglo kayu di tanahnya itu. Bunglo itu dinamai Kellie's House. Nama Kellie kerap digunakannya semenjak ibunya meninggal. Kellie adalah nama asli ibunya. Ia menggunakan nama itu untuk mengingat ibunya selalu.

Model-model kubah bawang
Perang Dunia II

Pada 1904, Agnes dkarunia seorang anak perempuan yang kemudian dinamai Helen.  Dan sebelas tahun kemudian barulah pasangan ini dikarunia anak adam bernama Anthony. Agnes pernah merajuk kepada William karena rumah mereka sempit, lalu sebagai wujud sayangnya kepada istrinya itu, ia bertekad mendirikan sebuah istana.

Tak lama setelah kelahiran Helen, William segera meletakkan batu pertama pembangunan istana itu. Ia memakai batu bata aprikot sebagai bahan bangunan serta menggunakan kayu cengal yang menghiasi kusen dan pintu. Bahan banguna  itu kini awet walau sudah ratusan tahun usianya.

Waktu ituWilliam optimis bahwa istana itu bisa terbangun sempurna mengingat istrinya punya warisan  300.000 pounsd yang akan diterimanya dari keluarganya pada 1906. Sedangkan pada 1904, William telah mendapat pinjaman 24.000 pounds dari sebuah firma di Singapura.

tampak dari udara
Namun, Wiliam mengalami kendala keuangan karena warisan Agnes tak bisa cair. Pun pinjaman tersendat. Bahkan ratusan hewan ternaknya mati terserang penyakit, usaha ladang kopinya merosot ketika harga kopi anjlok. Maka, modal Willam sangat terkuras, sedangkan pinjaman sulit diperoleh.

Ia juga berupaya meminjam dari pihak kolonial Inggris sebesar 50.000 pounds, namun pihak kolonoal tidak yakin kalau William mampu memulangkan uang pinjaman itu. William akhirnya tak punya pilihan lain. Ia pun terpaksa menjual dua pertiga dari hartanya di Estate Kellie's yang kini menjadi Kinta Kellas.  

Dari penjualan hartanya itu, ia meneruskan pembangunan istana untuk istrinya itu. Ia bahkan mengimpor 200 kuli asal India. Ia tertarik dengan keterampilan dan daya seni orang-orang India.
Namun pada 1914-1918 terjadi perang dunia kedua yang turut berdampak pada upaya pembangunan kastilnya, sebab semakin sulit memasok bahan-bahan bangunan dari Eropa. Bahkan ia mengalami pasang surut ekonomi keluarga yang sangat luar biasa. Ia telah membeli alat penyuling kopi, namun harga kopi anjlok, sementara ia harus membayar upah para buruhnya.

Kellie's Castle berdiri di sebuah daratan agak tinggi dengan ruang terbuka hijau yang sangat luas
Pada 1918 merebak wabah penyakit salasema mengakibatkan 70 pekerjanya (warga India) meninggal dunia. Dan kematian itu menjadi pukulan telak bagi William. Namun ia terus bertekad membangun kastil tersebut. Para kuli meminta William untuk membangun kuil bagi mereka, supaya terhindar dari wabah penyakit.

Para kuli asal India itu percaya, jika mereka berdoa pada Dewa-dewanya, penyakit itu akan dilalukan dari mereka. William pun menyanggupinya. Sehingga hari ini, bisa ditemukan sebuah kuil di sebelah kiri kastil itu berjarak kurang lebih dua  kilometer. Sebagai bentuk terimakasih para kuli itu, dibangunlah satu patung menyerupai wajah William dan ditaruh di bubungan di antara barisan para dewa-dewa mereka.

Salasema belum juga berakhir. Lalu pada 1926, William membawa Helen ke Eropa untuk menjenguk Agnes dan Anthony. Sekalian ia hendak menjemput satu unit lif yang dipesannya dari Lisbon, Portugal, sebelum ia bertolak ke Inggris. Sayang, saat menjemput lif itu, ia meninggal dunia akibat serangan pneumonia pada 11 Desember. Ia kemudian dikebumikan di pekuburan orang Inggris.

Istrinya Agnes segera menjual seluruh harta mereka di Kelli's Estate dan istana tersebut kepada Horrison & Crossfield sebuah serikat Liverpol yang bergerak di bidang perniagaan teh dan kopi. Namun pihak Crossfield membiarkan kastil ini begitu saja. Tak terurus hingga lebih seabad.

Istana tersebut pun dililit semak belukar. Lalu pada 2014, pihak Kerajaan Negeri Perak memaklumkan untuk merawat istana tersebut dan dijadikan daerah pelancongan. Istana ini kemudian dinamai sesuai dengan pemiliknya William Kellie Smith.

tampak depan
Wisata Dunia Roh

Kastil ini didesain mereplikasi istana Raja Inggris Raya di India, jika dilihat dari bentuk kubah bawang pembentuk ambang pintu-pintu serta dan model jendelanya. Tetapi ada yang menyebut, kalau model arsitektur istana Kellie ini mirip-mirip dengan gaya masjid Ubudiyah. Memakai perpaduan desain arsitek Roma dan Indo.

Beragam tafsir menunjukkan kekayaan seni dalam bangunan istana yang tak rampung ini. Berdiri di kota Ipoh, Negeri Perak, istana ini ramai dikunjungi orang. Sekadar poto prewedding atau selfie. Namun istana ini juga pernah dikunjungi artis Hollywood untuk pembuatan film, termasuk salah satu adegan dalam film Anna and The King bersama Jodie Foster dan Chow Yun Fat.

Bahkan kini, hampir setiap malam, istana ini dibuka bagi wisatawan yang ingin merasakan wisata dunia roh halus. Sebab, kabarnya ada banyak roh halus gentayangan di istana tersebut.
"Kellie's Castle kini dikenal sebagai wisata dunia roh," ujar Zamari Muhyi (50), Operator Kellie's Castle.

tampak belakang
Ia mengatakan sampai saat ini bangunan tersebut tidak dipugar demi mempertahankan bentuk aslinya. Termasuk juga demi mengawetkan kisah cinta yang tak sampai itu. Ia juga menyebut, ada empat terowongan di bawah istana tersebut.

"Terowongan itu pada empat jalur. Salah satunya menuju kuil Sri Mahamariamah Ladang Kinta. Keempat terowongan itu diduga dibikin sebagai jalur evakuasi bila mana ada pihak tertentu hendak membunuh William," terang Muhyi.

Oleh pihak Pengurus Pelancongan, Kesenian dan Kebudayaan Negeri Perak, Kellie's Castle atau Agnes Palace dijadikan salah satu tujuan wisata. "Bila ada pelancong yang ingin merasakan sensasi Eropa, kini ada satu istana di Malaysia yang bisa dinikmati. Tak perlu jauh-jauh ke Eropa. Kelli's Castle juga tak kalah hebat," ujar Dato' Nolee Ashalin Mohamed Radzi,  Pengurus Pelancongan, Kesenian dan Kebudayaan Negeri Perak.

kuil Sri Mahariamah di Ipoh
Sementara bagi Abdul Najid, pemandu wisata, yang menarik dari kisah Kellie adalah keberaniannya sebagai seorang pemuda untuk merantau di usia 20 tahun bahkan bisa sukses di negeri orang. Saking suksesnya, ia mampu membangun sebuah istana bagi istrinya.

"Bayangkan, ia hidup di zaman perang dunia kedua. Dan ia merantau saat masih mudah dan sukses begitu cepat padahal ia hanya anak orang miskin," pungkas Najid. (Dedy Hutajulu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P