Langsung ke konten utama

Ratusan Anak Rayakan Hari Anak Nasional di 5 Sopo Belajar dan Kapal Belajar

anak-anak lagi belajar
Pasada Toba (Pesta Anak Sayang Danau Toba) sudah selesai diadakan di 5 sopo belajar dan 1 kapal belajar yang dikelola oleh Yayasan Alusi Tao Toba. Pasada Toba dilakukan secara serentak pada 23 Juli 2016, bertepatan dengan hari Anak Nasional di Sopo Belajar Lontung, Sopo Belajar Parbaba Dolok (Janji Maria), Sopo Belajar Bahal-bahal, dan Kapal Belajar. Sedangkan Pasada Toba di Sopo Belajar Sosor Mual, Balige diadakan pada 24 Juli 2016.

Di Hari Anak Nasional, Alusi ingin mengajak anak merayakan masa kecil mereka dengan sebuah ‘pesta’ untuk membangun kecintaan kepada Danau Toba, danau besar yang memberi kehidupan kepada desa mereka. “Kegiatan yang dilakukan di setiap sopo belajar dalam rangka Pasada Toba ada bermacam-macam. Mewarnai, melipat kertas, membaca, dan berbagai aktivitas lainnya. Tergantung kreativitas teman-teman di lapangan,” kata Togu Simorangkir, Founder Alusi Tao Toba.

Meskipun kegiatan di semua sopo belajar tidak sama tetapi semua anak yang hadir pada Pasada Toba mendapatkan kado berupa alat-alat tulis. Untuk anak-anak di yang hadir di setiap sopo belajar mendapatkan kado terdiri dari 5 buku tulis, 1 buku bergambar, 1 penghapus, 1 rautan, dan 1 kotak pensil warna, dan 3 pensil, sedangkan anak-anak yang datang ke Kapal Belajar yang hari itu merapat di Pelabuhan Desa Tamba, Simbolon mendapatkan kado yang terdiri dari 2 buku tulis, 1 pensil, 1 penghapus, dan 1 rautan.

“Kami sudah mempersiapkan 600 paket kado yang sudah kami distribusikan ke semua sopo belajar dan kapal belajar. 150 paket ke Sopo Belajar Lontung, 150 Paket ke Sopo Belajar Parbaba Dolok (Janji Maria), 100 paket ke Sopo Belajar Lumban Hariara, 70 paket ke Sopo Belajar Sosor Mual, 70 paket ke Sopo Belajar Bahal-bahal, dan sisanya ke kapal belajar,” kata Togu. “Semua paket tersebut merupakan sumbangan para donatur dari banyak pihak,” sambung Togu.
 
salah satu Sopo Belajar
Puluhan anak yang datang di setiap sopo belajar dan kapal belajar sangat gembira merayakan Hari Anak Nasional. Mereka menggambar, mewarnai, membaca, bermain, dan mengekspresikan keceriaan masa anak-anak mereka. “Bahagia melihat anak-anak bergembira menerima kado di Pasada Toba,” kata Richard Ambarita, salah satu relawan Alusi Tao Toba yang menjadi tim distribusi paket kado tersebut.

Pasada Toba di Sopo Belajar Sosor Mual

Pasada Toba di Sopo Belajar Sosor Mual, Balige yang diadakan pada 24 Juli mendapatkan dukungan dari berbagai kalangann masyarakat Balige. Terdiri dari guru, mahasiswa, entrepreneur, dosen, dan orang-orang yang percaya bahwa melalui pendidikan kepada anak-anak, kecintaan kepada Danau Toba bisa ditumbuhkan.  Perayaan hari anak nasional diisi dengan berbagi mimpi kepada anak-anak agar tidak membatasi mimpinya karena keterbatasan dana, seperti disampaikan Indra Hartarto Tambunan yang karena mimpinya bisa menyelesaikan kuliah di Korea. Ada juga pembelajaran tentang pola hidup bersih dan sehat (Poda Na Lima) oleh dr.Tota Manurung dan peragaan kreativitas memanfaatkan sampah dan barang bekas menjadi sesuatu yang berguna oleh Opung Goklas Boru Silalahi. “Kegiatan-kegiatan ini diharapkan memberikan inspirasi kepada anak-anak juga masyarakat sekitar yang hadir merayakan,” kata Alonso Manik salah satu relawan di kegiatan ini.

 “Kami sangat senang, semakin banyak orang-orang yang mau terlibat dan ambil bagian dalam upaya pelestarian Danau Toba melalui pendidikan,” kata Togu lagi.

Pasada Toba 2017 akan tetap diselenggarakan di setiap Sopo Belajar yang melibatkan lebih banyak anak-anak. “Rencananya kami akan mengadakan Jambore Anak Berbagi Rasa (JAMBAR) pada 22-23 Juli tahun depan sebagai puncak acaranya. Akan ada camping bersama anak-anak dari perwakilan masing-masing Sopo Belajar untuk Berbagi Rasa dari desa mereka masing-masing. Setiap anak berhak mendapatkan "Jambar" nya,” pungkas Togu Simorangkir.


Beberapa foto dokumentasi lainnya:





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P

Belajar Kelompok dan Karakter yang Dibangunnya

Belajar berkelompok melatih beragam keterampilan, seperti tanggung jawab, solidaritas, menghargai pendapat orang dan memprediksi pertanyaan serta menyiapkan sanggahan. Oleh Dedy Hutajulu SUASANA belajar di kelas 3 SMP Negeri 42 Medan, Jalan Platina 3 Kelurahan Titipan Kecamatan Medan Deli terasa heboh. Perdebatan sedang alot-alotnya soal topik Seleksi Alam. Pelajaran Biologi pagi itu diwarnai dengan debat dan baku sanggah. Anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan antara lima sampai enam orang. Tiap kelompok duduk dengan posisi melingkari. Baru saja Dhea Fisabila (14) tersenyum lega. Ia dan timnya baru saja kelar presentase yang diwarnai adu argumen dengan kelompok lainnya. Pengalaman itu, katanya, sangan mengesankan. Dhea mengaku, belajar berkelompok bukan sekadar mengupas topik Seleksi Alam, tetapi mempraktikkan cara memimpin rapat, bagaimana menghargai pendapat teman, belajar mengorganisir diskusi, memprediksi pertanyaan dari kelompok