Langsung ke konten utama

Mardi Panjaitan Pimpin FKSOK Sumut


BERFOTO: Para pengurus dan Penasihat Forum Komunikasi Sarjana Olahraga Kristen (FKSOK) Sumatera Utara (Sumut) berfoto usai pelantikan dan Natal di aula Perguruan Kristen Immanuel Medan, Jalan Slamed Riyadi Nomor 1, Medan. Mardi Panjaitan dilantik sebagai ketua FKSOK Sumut.

MARDI Panjaitan resmi memimpin Forum Komunikasi Sarjana Olahraga Kristen (FKSOK) Sumatera Utara (Sumut). "Saya akan bekerja dengan gigih," ungkapnya usai dilantik bersama para pengurus lainnya di aula Perguruan Kristen Immanuel Medan, Jalan Slamed Riyadi Nomor 1, Medan.


Mardi merupakan alumni Unimed angkatan 1997. Saat ini ia mengajar sebagai guru berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pembina Sumut. Ia aktif di beberapa organisasi gereja, masyarakat dan olahraga. Terpilih sebagai ketua FKSOK Sumut, baginya merupakan sejarah. "Sebab, ini organisasi pertama untuk sarjana Kristen di Sumut," terangnya, Minggu (17/12).

Mardi menjelaskan, organisasi ini mengusung semboyan: Menjadi kemulian bagi Allah dan berkat bagi sesama (manusia). Forum ini hadir sebagai mitra gereja. "Kami membentuk forum ini tidak untuk jadi saingan organisasi lain, melainkan sahabat kerja demi memajukan dunia olahraga,” timpalnya.

Pelantikan pengurus dirangkai dengan perayaan Natal FKSOK. Pdt. Parlindungan Situmorang, M.Th tampil sebagai pengkhotbahnya. "Mengerjakan organisasi harus sepenuh hati, sehingga semua berjalan dengan baik. Hasilnya menjadi kemuliaan bagi Tuhan dan berkat bagi sesama,” anjur Parlindungan.

Komisi Pemuda Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Sumut Pemuda PGI, Antonius Sianipar mengajak FKSOK sebagai kolega dalam memajukan olahraga bagi pemuda-pemuda Nasrani. “Kami yakin organisasi ini hadir untuk memberikan pelayanan bagi pemuda kristen di Sumut,” kata Antonius.

Menurutnya, FKSOK memiliki potensi strategis dalam memajukan olahraga bagi pemuda/pemudi Sumut. Karena itu ia berharap, forum ini cepat mengembangkan sayap dengan mendirikan cabang-cabang dan ranting di daerah.

Seorang Sarjana Olahraga, Drs Mangisi Sitanggang yang juga Kepala Sekolah SMA Immanuel menyatakan dukungannya kepada FKSOK. Ia menganjurkan agar pengurus forum tersebut selalu bekerja dengan baik dan membangun sinergitas dengan organisasi lain.

Berbeda dengan Mangisi, Penasihat FKSOK, Drs Haron Wilson Nainggolan justru mengingatkan pengurus baru forum tersebut agar membangun semangat kebersamaan, dan membuka diri bagi banyak masukan dan kritik. "Terbukalah seluas-luasnya dan berjalanlah seterang-terangnya untuk memajukan roda organisasi FKSOK ini,” pungkasnya.

FKSOK lahir atas inisiatif dan ide dari sejumlah sarjana olahraga yang merindukan ada komunitas yang membangun rohani, memajukan olahraga dan berbagi bagi masyarakat yang membutuhkan. Tahun 2018 FKSOK berkomitmen membuat program memberi beasiswa bagi siswa yang tidak mampu membayar uang sekolahnya. “Tahun depan kita rindu jadi bapak angkat bagi dua orang siswa yang tidak mampu,” ungkap Mardi Panjaitan. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P