Langsung ke konten utama

Wadahi Kesempatan Memperluas Kerja Sama Riset

Hubungan Indonesia dan Malaysia makin dipererat dengan hadirnya Indonesia - Malaysia Research Consortium (IMRC) 2018. Dalam hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama Universiti Teknologi Malaysia (UTM) bersama-sama memiliki visi untuk mewadahi dan memperluas kerja sama riset melalui pembentukan konsorsium tersebut. Rabu (21/11), IMRC 2018 resmi dimulai dengan gelaran seminar yang mengangkat topik energi terbarukan di Gedung Research Center ITS.

Seminar ini dihadiri para peneliti, ilmuwan, dan mahasiswa pascasarjana dari Indonesia dan Malaysia. Isu Green Energy diambil sebagai topik utama dengan mempertimbangkan kestrategisan bidang tersebut. Selain itu, juga didasari oleh makin langkanya energi berbasis fosil. Aspek keramahan terhadap lingkungan juga merupakan pertimbangan lainnya mengapa topik ini dijadikan sebagai topik utama dalam IMRC Seminar 2018.

Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD dalam sambutannya mengatakan, akan disampaikan penemuan baru tentang energi terbarukan oleh para peneliti baik di Indonesia maupun Malaysia. Namun, tidak terbatas di situ saja, peneliti juga bisa berbicara hal lain misalnya tentang manajemen bencana. “Karena ini lumrah di Indonesia, sebab dampak besarnya tidak hanya untuk Indonesia tapi negara tetangga seperti Malaysia juga akan terdampak,” terangnya.

Dikatakan Joni, ada banyak faktor yang menentukan kesuksesan kerja sama riset, salah satunya pemerintah. Sebab, pemerintah memiliki andil besar dalam membantu pemberian grant (pendanaan). “Sehingga diharapkan dengan dana yang cukup tersebut, potensi kerja sama dengan perguruan tinggi lain atau negara lain terbuka lebar, salah satunya lewat IMRC ini,” ujarnya.

Pada IMRC 2018 ini, beberapa perguruan tinggi akan melakukan kajian untuk membahas peluang kerja sama seperti student exchange, credit transfer, joint publication, joint research dan lain-lain. Namun pertama-tama, menurut Joni, yang terpenting adalah menggali komitmen para pimpinan perguruan tinggi. “Agar bersama-sama mengembangkan kerjasama yang luar biasa ini,” tegas guru besar Teknik Lingkungan ITS ini.

Sementara itu, Prof Ir Dr Wahid Omar selaku UTM Vice Chancellor, dalam sambutannya menuturkan, ini adalah kali keduanya bertandang ke ITS. Di mana sebetulnya hubungan antara ITS dan UTM sudah begitu dekat, khususnya dalam hal kerja sama riset. “Saya harap kerja sama seperti ini akan terus berlanjut dan menghasilkan produk-produk riset yang lebih baik lagi bagi kedua negara,” tuturnya.

Adapun fokus bidang pada IMRC 2018 ini, menurut Wahid, sapaannya, adalah sebuah respon terhadap perkembangan zaman. Seiring bertambahnya populasi, kebutuhan akan energi juga meningkat. “Energi terbarukan adalah solusinya. Di mana isu ini menjadi persoalan hangat yang diperbincangkan banyak pihak, dengan harapan adanya alternatif energi baru dari hasil kerja sama riset ini nantinya,” jelasnya.

Pada hari pertama pertemuan IMRC ini, dihelat seminar yang dilanjutkan dengan Parallel Session yang terbagi dalam tiga bidang bahasan. Yakni bidang energy, material dan engineering. Pada hari kedua, Kamis (22/11), akan digelar IMRC Forum yang akan dihadiri oleh Dirjen dari Kementerian Pendidikan Malaysia dan Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) serta para pimpinan perguruan tinggi kedua negara yang terlibat dalam konsorsium tersebut. Forum tersebut akan menghasilkan kesimpulan utama dari pertemuan IMRC 2018 ini. (Dedy Hutajulu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P