Oleh: Dedy Hutajulu Plagiarisme kembali mengangkangi dunia akademik kita. Dunia tempat dimana harapan akan kejujuran bisa disemai dengan baik. Setelah berulang kali jatuh bangun, kini kembali ternoda. Satu lagi kasus yang menyentak jiwa perguruan tinggi kita itu datang dari Riau. Seorang Guru Besar Universitas Riau, Profesor II terbukti memplagiasi buku Budaya bahari karya Mayor Jenderal (Marinir) Joko Pramono, terbitan Gramedia tahun 2005 dengan bukunya, Sejarah Maritim, (kompas, 24/8). Maka, kasus ini menambah bopeng di wajah pendidikan kita Padahal, dikabarkan bahwa Profesor II termasuk dalam bilangan penulis produktif karena ia telah menorehkan namanya dalam rekor MURI sebagai penulis yang mampu melahirkan 66 buku dalam waktu 5 tahun. Dan buku Sejarah Maritim termasuk dalam ke-66 buku yang mendapat penghargaan itu. Prestasi yang luar biasa itu kini dirusak oleh plagiarisme. Memalukan, bukan? Plagiarisme sungguh tak mudah dihindarkan. Kita perlu berkaca pada pengalaman masa la
Merawat bangsa lewat Ide, Gagasan, Dan Kreativitas. Seberkas sinar di ujung lorong gelap mejadi asa di tengah bangsa yang rapuh nan kelam ini!