Langsung ke konten utama

Riset Untuk Pemilu Bermutu




Oleh Dedy Hutajulu

Dengan mengandalkan riset-riset penelitian, terbukti kepemiluan Australia lebih bermutu. 
Media belajar untuk pemilu/foto oleh Dedy Hutajulu


TAK heran jika nama AEC (Australia Electroal Commission)—semacam KPU kalau di Indonesia—cukup di segani. Lembaga ini benar-benar mengandalkan kajian-kajian dan riset untuk menunjang penyelenggaraan kepemiluan.

Lembaga ini bahkan melakukan penelitian dan analisis secara komprehensif untuk membangun keterlibatan publik dalam pemilu, mendorong layanan kepemiluan lebih baik dan berkontribusi dalam mempengaruhi kebijakan reformasi kepemiluan di Australia. Riset yang dilakukan selalu berbasis data dan fakta. "Memang, beberapa aktivitas riset hanya untuk kebutuhan internal, namun sebagian besar dilakukan demi kepentingan publik melalui beragam kanal seperti situs AEC," ujar Phil Diak, Direktur Pendidikan dan Komunikasi AEC, saat ditemui di kantornya di Canberra, ibukota Australia, Mei silam.

Dalam menjalankan aktivitas risetnya, AEC juga bekerjasama dengan sejumlah badan/lembaga semisal institusi akademik, pemerintah, KPU negara bagian, dan para peneliti dari perpustakaan Parlemen untuk berdiskusi dan menunjang aktivitas riset. Sebab riset telah ditetapkan sabagai satu fungsi legislasi di bawah undang-undang kepemiluan negara persemakmuran yang diterbitkan pada 1928.

Dewan Riset
Sedang Dewan Riset Kepemiluan atau Commissioner’s Advisory Board for Electoral Research (CABER) sendiri merupakan sebuah badan penasihat bagi AEC, yang beranggotakan para ahli di bidang sistem kepemiluan Australia dan riset kepemiluan. Dewan Riset ini didirikan AEC pada 2010, dan tugasnya sejalan dengan kebijakan pemerintah guna membangun hubungan yang kuat antara pemerintah dengan sejumlah lembaga akademik dan agensi.

Adapun peran Dewan Riset ini, terang Phil Dhiak, Direktir Pendidikan dan Komunikasi AEC, pertama, menyediakan saran-saran kepada AEC tentang topik riset kepemiluan, termasuk riset bernilai strategis. Kedua, berkontribusi membangun dan memajukan kerangka kerjasama riset untuk penyediaan informasi yang lebih baik serta mendukung penyebar-luasan layanan kepemiluan. Berikutnya, memengaruhi reformasi kebijakan kepemiluan di Australia.
Selanjutnya, mengidentifikasi biang keladi persoalan riset kepemiluan. Dan terakhir, mempromosikan dan mewujudkan riset bermutu tinggi.

Di bawah dukungan program kerjasama Australia-Indonesia, yang didukung pemerintah Australia, AEC telah mendukung berdirinya Lembaga Riset Kepemiluan Indonesia atau Electoral Research Indonesia (ERI).  Inisiatif pendirian ERI diawali dari implementasi Forum Riset Kepemiluan Multilateral yang digelar di Indonesia pada April 2014 silam.

Forum ini melibatkan perwakilan tiap-tiap negara (diantaranya Timor Leste, Nepal, Bhutan, Australia dan Indonesia), lembaga akademik, dan organisasi sipil. Produk yang dihasilkan berupa rekomendasi untuk membangun dewan riset di Indonesia, guna mewujudkan riset berbasis fakta yang akan memengaruhi pertimbangan pembuatan kebijakan di Indonesia.

Baik KPU maupun Bawaslu menunjukkan dukungannya kepada LIPI untuk memimpin pendirian dewan riset tersebut melalui konsultasi dan koordinasi dengan duta besar Indonesia. Duta besar Indonesia telah meminta AEC untuk mendukung secara terus-menerus pelaksanaan riset di Indonesia, dengan berbagi ilmu pengetahuan, pertukaran referensi ilmiah tentang kepemiluan kepada anggota tim CABER ke LIPI selama pembangunan institusi, pengembangan peta-jalan, dan aktivitas riset. Materi yang didapat dari pengalaman CABER ini kemudian dikirim ke LIPI sebagai masukan yang akhirnya memengaruhi berdirinya kantor ERI.

Kini ERI hendak mandiri. Mereka tak boleh bergantung pada pihak lain. ERI memiliki sejumlah besar studi riset yang telah disirkulasikan ke duta Indonesia, relevansinya dengan agen-agen pemerintah, akademisi, dan peneliti LSM. Kerangka kerjasama telah juga dibuat supaya antara pemerintah dan warga setempat punya corong yang lebih aman. Berharap, ERI tampil sebagai pelopor penggunaan riset-riset untuk memutuskan sebuah kebijakan. Agar kepemiluan kita lebih bermutu. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P