Langsung ke konten utama

Menunggu Langkah Progres Timur Pradopo

Oleh Dedy Hutajulu

“Congratulation pak Timur Pradopo. Semoga sukses menakhodai kepolisisan di negeri ini, segala harapan kami dipundakmu sang Jenderal. Kami (rakyat) kini menanti kepemimpinanmu”.

Demikianlah gema harap dan ucapan selamat masih terus mengalir dari hati-ke-hati, meski proses terpilihnya bapak Timur sebagai Kapolri baru sarat dengan kontroversi. Namun, meski demikian (sarat kontroversi), siapapun yang terpilih berhak mendapat kesempatan itu. Timur Pradopo sudah dilantik menjadi Kapolri baru.

Begitu beliau menanggalkan jubah lamanya, dan telah mengenakan jubah barunya, maka segala harapan rakyat terkait tugasnya, melekat dalam jubah baru yang dikenakannya saat ini. Seiring dengan itu, segala restu, doa, harap senantiasa menyertai hari-hari kapolri baru kita ini.

Sederet Tugas Kapolri Dengan terpilihnya Timur sebagai kapolri bukan berarti semua masalah lantas berakhir, seperti riak kontroversinya yang kini tinggal sayup-sayup. Sederet panjang nan berat tugas untuk kapolri sudah menanti.

Bahkan, beberapa sorotan tajam sudah menanti di depan mata yang harus dirampungkan kapolri baru, di samping segala kontroversi yang kini mencuat ke permukaan harus di klarifikasi dengan transparan, karena Timur sudah resmi menjabat sebagai Kapolri.

Dari ranah internal Polri, sederet masalah masih menggantung diantaranya, masalah kasus dugaan ‘rekening gendut milik para jenderal dan perwira menengah Polri’ dan reformasi internal kepolisian. Seperti diketahui, sorotan terhadap adanya dana-dana siluman yang masuk ke kantong perwira Polri sebenarnya bukan hal baru.

Hanya saja, selama ini, sorotan dan dugaan-dugaan kuat tersebut tak pernah mendapat tanggapan serius dari pemerintah, apalagi dari institusi Polri sendiri, sehingga sering kali dugaan-dugaan rekening gendut (illegal) milik anggota Polri pun hanya menjadi ‘catatan merah media’.

Kemudian, masalah isu makelar kasus yang konon mengguncang institusi Polri dan masalah jenderal yang tersandung kasus mafia pajak, yang kesemuanya itu nyaris tak tersentuh hukum.  Sementara di ranah eksternal, kita masih ingat kasus penganiayaan terhadap aktivis ICW, Tama S Langkun dan juga dengan pelaku teror bom molotov di kantor redaksi Tempo, yang sampai hari ini kabar pengusutannya kian redup.

Padahal, sebelumnya kasus ini dijanjikan segera diselesaikan dan pelakunya dipenjarakan, nyata-nyatanya, hingga hari ini riaknyapun tak lagi terdengar. Semua tinggal angin belaka. Tugas berat Kapolri baru tentulah menyingkap tabir gelap seperti terurai di atas, dan sekaligus menyelesaikan semua masalah tersebut.

Tugas lain, yang tak kalah penting adalah membersihkan benih-benih terorisme. Pasalnya, terorisme sangat menggangu keamanan dan kenyamanan masyarakat, sementara itu, kini, teroris kian menunjukkan taringnya. Mereka mulai menjarah, merampok, dan menyerang balik polisi, seolah tak ada lagi rasa takutnya, meskipun gembong-gembongnya sudah tewas.

Maka dari itu, semua benih-benih terorisme harus dimusnahkan agar rakyat merasa aman.  Yang tak boleh lupa (meski bukan tugas), tetapi perlu dilanjutkan Kapolri baru. Ke depan, Kapolri baru harus bisa menjamin bahwa setiap anggota polisi harus siap dikritik.

Sebab, kritik adalah budaya membangun, apalagi dalam sebuah tatanan masyarakat yang demokratis. Polri perlu membuka diri terhadap masukan, kritikan bahkan gugatan (dalam batas-batas kewajaran) dari masyarakat. Tanpa kritik, polri sendiri akan menua dan mati kusut.

Pesan ini amat penting diteruskan.  Berani bekerja progres Dari sejumlah besar tugas kapolri (seperti diuraikan diatas), namun harapan terbesar rakyat sekaligus menjadi tantangan bagi Timur saat ini adalah beranikah Timur Pradopo menguatkan semangat pemberantasan korupsi di negeri ini? Sebab, belakangan ini, pemberantasan korupsi kian mengendur.

Sementara prilaku korupsi kian merajalela. Segala kasus yang berkaitan dengan korupsi, kini menjadi perhatian besar masyarakat, dan tugas Pradopo adalah berani menjamin kinerja polri yang bertanggung jawab dalam menegakkan hukum, memberantas korupsi sebagai bukti keberpihakannya pada kebenaran dan kepada rakyat. 

Di hari-hari yang akan datang, kita tentu tidak membutuhkan sekadar penjelasan dari kapolri atas penyelesaian kasus-kasus korupsi yang ditangguhkan. Tetapi lebih jauh dari itu, beliau harus mampu membuktikan bahwa apa yang telah dilakukan memang benar dan mengedepankan kebenaran di atas segalanya.

Disinilah transparansi Mabes Polri ditunggu masyarakat. Memang, ini tantangan yang tidak ringan bagi Timur dan korps kepolisisan RI.  Jika Timur tidak mampu membawa perubahan (change) sekaligus menjadi agen perubahan (change maker), maka beliaupun akan rontok digusur perubahan itu sendiri dan institusi Polri tidak akan pernah bisa memberikan jawaban atas harapan rakyat (seperti tersebut di atas).

Akibatnya, kelak citra kepolisian di masyarakat akan semakin terpuruk.  Segala janji perubahan yang didengungkan Timur Pradopo hanya bisa terwujud jika mengedepankan kebenaran dan kerja keras secara progres. Tanpa langkah progress dan konsisten, reformasi di tubuh kepolisian mustahil terwujud, apalagi, mengungkap rekening gendut perwira Polri.

Tanpa langkah progres, pemberantasan korupsi akan banyak menghadapi kendala.  Akhirnya, segala harap kita letakkan dipundak Timur Pradopo.

Semoga, kehadiran Timur Pradopo sebagai orang nomor satu di kepolisian mampu menyapu bersih, menyingkirkan borok korupsi dari rumah republik kita ini. Kini, rakyat sedang menunggu langkah progresmu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P