Oleh: Dedy Hutajulu
Mengubah bangsa Indonesia pun sulit rasanya terwujud kalau perubahan itu tidak dimulai dari ‘puncak’. Seperti Yusuf. Ia dikenal banyak orang setelah ia menjabat sebagai Perdana Menteri Mesir. Cerita soal Yusuf tentu kita tahu. Sejarah mencatat bahwa ketika kemudian kelaparan menyerang seluruh dunia, orang-orang dari seluruh bumi datang ke Mesir untuk mencari kehidupan di sana. Mesir berhasil menjadi lumbung makanan bagi banyak orang, karena kebijakan Yusuf. Ia berhasil menjadi pemimpin sekalipun di sebuah negeri yang asing.
Bermimpi menjadi kepala desa untuk mengubah desa, mustahil. Desa tidak mungkin bisa berubah karena masyarakat tak mau diajak. Bukan sedang pesimis, justru optimis. Kita hanya pesimis terhadap solusi yang utopis.
Sekarang ini, rakyat tak berdaulat. Karena rakyat berusaha mengejar uang. Padahal sekian lama kita dibohongi rezim dan kita justru hidup terlena dalam penindasan itu, bahkan, tanap disadari, kita telah menikmati pembodohan itu sendiri. Akibatnya, rakyat hidup dalam kepura-puraan.
Adakah kita bermimpi merebut ketua parpol? Adakah kita merintis jalan ke sana?masuk ke sistem, merebut pucuk pimpinan untuk duduk di kursi kepemimpinan puncak? Untuk mewujudkan rencana tersebut, perlu ada langkah strategis.
Masuklah ke pusaran kekuasaan bukan karena motif aji mumpung. Sebab semua ibarat singa kekuasaan. Kebijakan yang terlalau tolerir. Rakyat menjadi korban pembodohan. Tak perlu mencari tahu siapa dalang di balik teror itu. Alasannya jelas, pemerintah lembek. Tidak tampak ketegasan dari pemerintah. Perlu ada ’cetak biru’ siapa mau jadi apa.
Menerjemahkan mimpi-mimpi itu menjadi posisi yang tepat meski bertahun-tahun harus bisa menempatkan orang yang tepat diposisi yang tepat pada waktu yang tepat. Siapakah birokrat yang karirnya ditata dari bawah, dirintis dengan penuh kesabaran, dan dijalani dengan ketekunan? Jawabnya: Yusuf. Awalnya ia adalah seorang yang hanya menjadi penggembala di rumah ayahnya. Karir sebagai gembala kambing domba kemudian “naik” menjadi pekerja rumah tangga di rumah Potifar. Tak lama, karirnya pun kemudian berpindah menjadi penerjemah mimpi. Lalu belakangan menjadi pejabat negara setingkat Perdana Menteri. Alkitab mencatat bahwa ketika kemudian kelaparan menyerang seluruh dunia, orang-orang dari seluruh bumi datang ke Mesir untuk mencari kehidupan di sana. Mesir berhasil menjadi lumbung makanan bagi banyak orang, karena kebijakan Yusuf. Ia berhasil menjadi birokrat sekalipun di sebuah negeri yang asing.
Diharapkan akan orang-orang yang serius untuk memecahkan masalah-masalah bangsa ini. Karena, keseriusan dan kemendesakan adalah keniscayaan. Siapa berani?
Komentar