Langsung ke konten utama

FB : ANTARA MANFAAT DAN MUDARAT



Oleh : Dedy Hutajulu*


            Saat ini demam fb terus melanda. Orang seperti keranjingan berbagai informasi, rasa, canda, hasrat, ekspresi dan impian lewat jaring sosial dunia maya yang satu ini. Tak ada pengecualian, tua-muda, kaya-miskin, dosen, guru, mahasiswa, karyawan hingga ibu rumah tangga bahkan anak-anakpun sudah melek dan kecanduan fb. Tak peduli, bahwa dunia nyata sehari-hari mereka tidak saling menyapa, itu persoalan lain.
Tengoklah, situs apa yang sedang dibuka teman anda? Boleh jadi jawabannya fb. Sejauh pengamatan penulis, internet di perpustakaan kampuspun yang seyogianya untuk mencari informasi tentang buku dan pengetahuan lain, justru dimanfaatkan untuk meng-up date status di fb. Mereka yang kecanduan fb, tahan berjam-jam di internet, tak peduli siang atau malam bahkan rela menghabiskan banyak uang mereka, demi main fb. Bagi mereka, rasanya ada yang kurang kalau tidak membuka facebook. Benarkah facebook tanpa mudarat?
 Mencermati perkembangan fb dewasa ini, menurut hemat penulis, ada beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari penggunaan situs ini. Pertama, sebagai media komunikasi baru. Begitulah. Seremeh-temeh apapun yang dibicarakan orang di fb, situs ini terbukti sukses menjadi media komunikasi baru yang sanggup merajut relasi sosial. Proses terbentuknya jaring sosial dan persahabatan di fb berlangsung cepat. Di fb,orang tidak hanya mencari, tetapi juga dicari.
Kedua, sarana membangun sebuah komunitas sejenis interest group (IG), seperti komunitas sejuta facebooker pendukung Bibit-Chandra dalam kasus cecak vs buaya, salah satu contoh begitu cepatnya jejaring sosial dapat dibangun, yang berhasil menarik perhatian masyarakat banyak untuk menyampaikan suaranya mendukung KPK. Komunitas penulis, komunitas cinta Indonesia, dan sejumlah komunitas-komunitas lainnya. Komunitas (kelompok) pemuda anti korupsi sampai komunitas anti rokok dan narkobapun perlu diretas sebagai wahana untuk menyalurkan aspirasi, bakat, dan kreativitas yang bermanfat demi pencerdasan masyarakat
Kita berharap, komunitas-komunitas lain seperti ini, lahir bukan sekedar sebuah kecenderungan belaka atau hanya karena ikut-ikutan. Tetapi biarlah muncul dan berkembang karena dilandasi kesadaran yang tinggi untuk berpartisipasi bagi kemajuan bangsa. Sadar bahwa bangsa kita membutuhkan orang-orang yang peduli terhadap perekonomian yang sangat buruk, buramnya dunia politik dan pertarungan kekuasaan, kemiskinan, pendidikan. Kesadaran untuk memberi yang terbaik diperlukan untuk mengkawal konsepsi demokrasi pancasila ditengah demokratisasi bangsa kita saat ini yang sedang dalam posisi  point of no return
Selanjutnya, manfaatnya langsung tepat sasaran. Keberhasilan Barack Obama memanfaatkan jaringan sosial di facebook saat kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat dua tahun lalu menunjukkan, fb tidak hanya bisa untuk sarana remeh temeh, mencari teman-teman lama dan reunian. Fb ternyata juga efektif untuk kepentingan lebih serius.
Didunia politik, Obama berhasil menginspirasi banyak politikus lain untuk memanfaatkan jejaring social di fb guna menggalang dukungan sebanyak-banyaknya. Bukan hanya di Amerika, tetapi di seluruh dunia. Pemakaian fb ternyata efektif mendukung kampanye karena jaringan sosial ini dapat meliputi orang-arang yang strategis di berbagai bidang. Hanya saja untuk pilkada ke depan, pemberdayaan fb sebagai sarana menggalang dukungan dalam kampanye para calon, diprediksi masih belum menjadi pilihan utama mereka.
Di dunia bisnis, beberapa pelaku usaha bisa memanfaatkan jejaring fb untuk menawarkan produk kepada para anggota fb yang sesuai dengan target pasar mereka. selain itu, dapat juga untuk mencari sponsor bagi band-band baru dan mempromosikan konser musik mereka.
Kisah tentang fb di atas, memang sangat menyenangkan sekaligus menggiurkan. Namun, fb bukannya tanpa cacat. Ada juga mudaratnya. Sebuah peringatan datang dari peneliti dan penulis buku Don Tapscott. Dia menyebut, remaja seringkali terlalu bersemangat menggunakan fb untuk memperlihatkan identitas pribadinya sehingga tidak ada lagi yang disembunyikan, termasuk bolos sekolah atau keisengan lain remaja (grown up digital,2009).
Lebih parah lagi, fb malah sering disalahgunakan sebagai sarana seks virtual (kompas, 9/2). Kisah Nova dan Ari Power, adalah salah satu contoh paling dekat saat ini, yang dapat menjelaskan kepada kita betapa berbahayanya sisi negatif yang diakibatkan oleh fb, jika kita tidak pintar-pintar untuk menggunakannya. Kasus nova-ari ini, sebuah romantika remaja yang berawal dari facebook (fb) berujung kasus hukum (kompas,10/2). 
Pengaruh negatif lainnya, hilangnya budaya membaca emosi dan ekspresi seseorang (lawan bicara). Tanpa kontak fisik, hubungan kekerabatan antarmanusia bakal kehilangan keintimannya. Orang yang tidak bijak memanfaatkan fb akan terkurung dalam narsisme individual dan terisolasi dari dunia nyata. Mereka yang kecanduan merasa dirinya sudah punya banyak teman, sehingga enggan menjalin relasi dengan sekitarnya. Mereka merasa dekat dan intim di dunia maya, tapi tidak saling sapa di dunia nyata bahkan mungkin tidak tahu nama tetangga sebelahnya. mrreka kehilangan pijakan dengan dunia nyata. Hidup menjadi terkurung dalam dunia virtual.
Ibarat pedang bermata dua, facebook dapat berguna sekaligus dapat mendatangkan bahaya. Jika tidak digunakan untuk pekerjaan yang baik dan benar niscaya mendatangkan musibah. Oleh karena itu, sederetan manfaat beserta mudarat fb, tentu menjadi pertimbangan penting bagi kita untuk memberdayakan situs ini. Kita berharap agar situs tersebut dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna dan membangun. Lebih dari itu, kita juga berharap agar semua pihak khususnya generasi muda, mampu meredam bahayanya, khususnya seks virtual melalui fb.
Sekali lagi, fb  hanya sarana, bukanlah segala-galanya. Jangan sampai penggunaan fb tanpa aturan main hingga berujung pada sengketa atau terjerumus pada seks virtual. Ibarat orang bermain api, lalu terbakar.

 *Penulis adalah mahasiswa matematika Unimed, aktif di Perkamen








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P