Langsung ke konten utama

Kisruh Politik Mesir Jadi Ancaman Bagi WNI



Oleh : Dedy Hutajulu*


Apapun penyebab meletusnya kegaduhan politik serta merebaknya aksi kerusuhan di Mesir, yang pasti kisruhan politik tersebut adalah menjadi ancaman bagi keselamatan warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Mesir. Suasana politik yang menegangkan serta keadaan pemerintahan Mesir yang sedang tidak stabil otomatis mempengaruhi kehidupan seluruh penghuni negeri firaun itu. Tak terkecuali warga negara Indonesia yang berada di sana.
Bisa dibayangkan, beratnya tekanan psikologis yang dihadapi saudara kita di sana akibat tingginya tensi politik Mesir. Entah di rumah, atau di jalanan, ketidaknyamanan akan selalu menghantui. Bayang-bayang ketakutan tergambar dari raut wajah para WNI di sana menjadi sampul berita beberapa hari ini. Lidah media berujar bahwa ada banyak saudara kita yang kini butuh pertolongan.
Meminjam data KBRI Kairo, jumlah WNI di Mesir terhitung hingga desember 2010 sebanyak 6.149 orang, dengan rincian 4.297 pelajar dan mahasiswa, 1.002 TKW, 163 staff dan anggota keluarga besar KBRI, 300 keluarga dari mahasiswa, 99 tenaga ahli, dan 50 tenaga kerja asing. (Analisa, 1/2). Andai terus di data dengan akurat hingga akhir januari 2011 ini, kemungkinan bahwa jumlah WNI di Mesir bisa berlipat  (lebih banyak) dari data di atas.
Dengan kalkulasi jumlah WNI yang begitu besar, berarti tugas pemerintah amat besar. Dalam keadaan darurat atau rakyatnya yang sedang dilanda ketakutan, maka tugas pemerintah harus mampu memberi rasa nyaman. Pemerintah harus selalu mengayomi rakyatnya, menjaga keselamatan mereka baik di rumah sendiri maupun di luar rumah.
Ketika Mesir tak lagi nyaman bagi WNI, pemerintah harus segera memberi pertolongan bagi WNI yang ada di sana. Jalan satu-satunya adalah membawa mereka pulang ke rumah. Sebab biar bagaimanapun, rumah sendiri adalah tempat paling aman dan nyaman. Biar hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, tetapi rasa aman hanya ada di republik tercinta ini. Maka, pemerintah harus segera memboyong mereka pulang ke tanah air.
Butuh langkah cepat
Kondisi politik yang buruk yang ditandai dengan merebaknya aksi kerusuhan di Mesir merupakan ancaman bagi keselamatan WNI di sana. WNI benar-benar tak aman di sana. Bukan hanya yang disana, bahkan yang di tanah airpun dilanda kecemasan dan kekuatiran mengingat sanak-keluarganya yang mengadu nasib di negeri sungai nil yang terkenal itu. Dalam keadaan situasional seperti ini, maka pemerintah berkewajiban untuk memberikan pertolongan dengan mengambil langkah cepat.
            Keselamatan WNI harus menjadi prioritas utama pemerintah saat ini. Langkah yang perlu dilakukan pemerintah, antara lain: Pertama, segera membawa pulang WNI yang ada di Mesir ke tanah air. Tidak cukup hanya mencarter satu pesawat Boing 747 saja. Jika memang, ingin proses evakuasi berjalan lebih cepat, maka untuk mengangkut 6000 lebih WNI secara serentak perlu disewa 15 pesawat garuda sekaligus. Ini jika evaluasi dilakukan sekali angkut. Jika kondisi (baik dana, cuaca, maupun kesiapan WNI yang mau dievakuasi) memungkinkan, proses memboyong mereka ke tanah air bisa cepat.
Bila tidak memungkinkan, tujuh pesawat Boing 747 sajapun cukup. Dengan kapasitas 428 penumpang di kali tujuh dalam dua kali perjalanan pergi pulang (PP) maka ke-6.000-an lebih WNI yang ada di Mesir bisa tuntas dievakuasi dalam waktu singkat. Tentu, tidaklah semudah itu ceritanya. Karena akan terbentur dengan banyak aturan, mekanisme (prosedur) yang harus dipenuhi dalam proses evakuasi ini. Tetapi, demi keselamatan saudara kita, semua jalan yang bisa kita tempuh harus diupayakan. Sebab, tidak ada yang lebih berharga daripada keselamatan jiwa.
Langah kedua, pemerintah harus bisa menjamin keselamatan WNI yang dievakuasi. Selama proses evakuasi berlangsung, pemerintah harus mengawalnya dari awal hingga akhir, dan menjaminya bisa berjalan lancar dan aman sampai ke tanah air. Sembari, proses evakuasi berlangsung, pemerintah juga perlu menenangkan masyarakat (yang ada di tanah air) yang sedang gundah-gulana, barang kali bisa berupa pernyataan secara langsung bahwa pemerintah sendiri akan bekerja keras dan akan memebrikan pertolongan yang terbaik. Langkah seperti itu, penting untuk memberikan rasa nyaman bagi psikologis rakyat.
Selain pengamanan dan penyelamatan, pemerintah juga perlu mengupayakan bantuan logistik bagi saudara kita ini. Bukan hanya saat proses evakuasi tetapi juga sesampainya mereka di tanah air.  Biar bagaimanapun, mereka itu adalah bagian bangsa ini, yang harus diayomi. Oleh sebab itu, pemerintah sebaiknya bertindak cepat.
Selama ini. WNI di Mesir sudah benyak menyumbangkan devisa bagi republik ini. Maka, saatnyalah negara mengayomi mereka. Dan untuk mewujudkan langkah tersebut, pemerintah jangan mau dipusingkan oleh prosedur. Pemerintah sudah saatnya bekerja memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat Indonesia. Karena pemerintah adalah pemimpin rakyat.

*Penulis ketua Perkamen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dicari Caleg Perduli Parmalim*

Banyak calon legislatif menduga komunitas Parmalim bakal golput. Tetapi Parmalim menampiknya. Dugaan itu muncul karena para caleg ternyata sama sekali tak mengenal apa itu Parmalim. Celakanya, kaum Parmalim juga tidak mengenal kandidatnya. Bagaimana nasib pemilu kita nanti? Oleh Dedy Hutajulu Desi (kanan) dan rekan-rekannya di depan Bale Parsattian (rumah ibadah Parmalim) di Jalan Air Bersih, Medan, Sabtu (8/3).--foto dedy hutajulu  DESI SIRAIT malu-malu saat lensa kamera diarahkan kepadanya. Ia memalingkan wajah. Di depan Bale Parsattian ia bercengkerama bersama teman sebaya. Bale Parsattian sebutan bagi rumah ibadah komunitas Parmalim. Bale Parsattian ini terletak di Jalan Air Bersih, Medan. Desi Sirait baru berusia 19 tahun. Ini tahun pertama baginya mengikuti pemilu. Ketika ditanya: nyoblos atau tidak? Desi tak langsung menjawab. Ia berpikir dalam-dalam. “Aku takut nanti salah ­­bicara. Jadi masalah pula bagi ugamo kami,” katanya. Desi berasal dari Pemantang

Kalang Baru dan Kenangan di Bondar

aku cuma cuci muka di air bondar Kesal. Kesal banget terus dikibuli si Rindu Capah. Dia ajak kami , katanya cebur ke sungai. Aku sudah senang. Buru-buru keluar dari rumahnya. Berlari sambil bawa kamera dan sabun dan odol.  Aku berharap pagi ini dapat suasana sungai yang indah di Kalang Baru, Sidikalang. Poto unutk oleh-oleh ke Medan. Kami bertiga berjalan menyusuri kebun kopi. Masuk lewat jalan-jalan tikus. Melewati rerimbunan bambu. Turun ke bawah dengan tangga-tanggah tanah yang dibentuk sedemikian rupa supaya serupa tangga. Cukup curam turunan itu. Di bawah tampak aliran sungai melintasi selokan-selokan yang berdempetan dengan sawah.  Banyak remaja dan gadis-gadis di bawah sedang mencuci dan mandi. Kami harus teriak "Lewat..atau Boa" baru mereka menyahut dan kami bis alewat. Begitu tiba di bawah, kukira kami akan berjalan masih jauh lagi menuju sungai yang dibilang Rindu. Tahu-tahunya, sungai yang di maksud adalah selokan ini. Gondok benar hatiku. "I

Syawal Gultom: Unimed Bagi Negeri

Oleh Dedy Hutajulu   Berkarir tinggi sampai ke Jakarta, tak membuat Syawal Gultom melupakan Unimed. Ia pulang membawa pengetahuan baru, biarKampus Hijau bisa menjadi pandu bagi negeri. Syawal Gultom LELAKI itu bangkit dari kursi. Ia tinggalkan setumpuk pekerjaan hanya demi menyambutku. Ruangan kami bertemu hanya seluas lapangan volley. Diisi banyak buku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan sofa yang disusun melingkar.Sofa itu biasa dipakai untuk menjamu paratamu.Laki-laki yang dimaksud adalah Syawal Gultom. Rektor baru Unimed.  Periode sebelumnya Syawal mengabdikan diri sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya   Manusia Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPMP) Kemendikbud, Jakarta. Di pundak Syawal saat itu dibebankan tanggung jawab berat. Ia harus menjamin desain besar mutu pendidikan di Indonesia. Seperti merpati yang ingat pulang, Syawalpun kembali ke Unimed. Mayoritas anggota Senat mendukung Syawal sebagai nahkoda Unimed. Sampai 2019 nanti, gerak Lembaga P